jakartainside.com –

Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Hidup (EEA) menemukan Bisephenol A () di dalam dalam dalam tubuh 90 persen warga .  adalah unsur kimia yang tersebut dimaksud digunakan dalam plastik kemasan , termasuk galon air minum.

EEA menyatakan bahwa dia menemukan paparan  di air seni (urine) sekitar 92 persen warga

Level BisphenolA, S, serta F diukur dalam dalam air seni 2.759 orang dalam area antara 2014 hingga 2020. selama sampel adalah Kroasia, Rep. Ceko, Denmark, Prancis, , Jerman, Islandia, Luksembourg, Polandia, , kemudian Swiss. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Horizon 2020, HBM4EU, mengukur substansi kimia dalam tubuh warga . Mereka mendeteksi  di urine 92 persen manusia dewasa dalam 11 negara ,” kata EEA, seperti dikutip dari Science Alert pada Senin (9/10/).

Kandungan  melampaui batas maksimum di dalam area 71 persen hingga 100 persen orang dewasa pada tempat 11 negara. Batas maksimum , menurut Badan Keselamatan (EFSA), adalah 1 per 0,2 miliar per gram. EFSA menurunkan rekomendasi batas maksimum  pada April lalu, dari sebelumnya 1 per 4 jt per gram.

Level  paling rendah ditemukan di tempat tempat Swiss, yaitu 71 persen dari sampel mempunyai kandungan  lebih tinggi dari batas maksimum. Di Prancis, Luksembourg, dan juga juga , 100 persen sampel mempunyai kandungan  lebih tinggi dari batas maksimum.

 adalah substansi plastik utama botol susu bayi sebelum dilarang di dalam dalam , Amerika Serikat, kemudian banyak negara lain. Kini,  masih digunakan untuk beberapa kemasan lalu . Artinya, sumber utama paparan  ke warga adalah dari konsumsi kemudian .

menunjukkan bahwa paparan  terkait dengan beberapa permasalahan , terutama kesulitan gangguan hormon yang mana dimaksud menjadi penyebab kanker payudara kemudian ketidaksuburan.

Prancis adalah satu-satunya negara pada dunia yang dimaksud digunakan melarang . serta Uni pada saat ini membatasi pengaplikasian  dan berencana terus mengurangi batas maksimumnya.

Batas maksimum paparan  yang bisa jadi jadi dikonsumsi masih menjadi material perdebatan badan di dalam dalam seluruh dunia.

Bahkan, langkah EFSA memangkas batas maksimum  hingga 20 ribu kali tambahan rendah, tiada disetujui oleh Badan -obatan (EMA). Menurut EMA, metodologi EFSA terlalu serampangan dikarenakan tidaklah “menggambarkan kaitan sebab akibat lewat studi atau manusia.”

Meskipun masih ada perdebatan, EEA menyatakan paparan  di tubuh warga “jauh di dalam area atas level keselamatan yang dimaksud dimaksud sanggup jadi diterima. Ini mengandung risiko prospek terhadap jutaan orang,” kata EEA.

Sumber CNBC Indonesia

by Jakarta Inside