Di era globalisasi yang serba cepat ini, identitas bangsa menghadapi besar.

Invasi asing melalui , modernisasi , dan tekanan global kerap membuat nilai-nilai lokal tergerus.

Namun, di tengah arus deras itu, ada upaya nyata untuk menjaga identitas bangsa tetap kokoh.

sebagai Benteng Pertahanan

Salah satu langkah penting adalah melalui . Pemerintah terus mendorong kurikulum yang menekankan nilai-nilai Pancasila, pengenalan lokal, dan pengajaran sejarah bangsa.

kita harus paham akar mereka, bahwa keanekaragaman adalah kekayaan yang harus dijaga,” ujar Dedi Mulyadi, seorang budayawan asal Barat.

ekstrakurikuler seperti tari tradisional, gamelan, hingga pencak silat juga diintegrasikan ke dalam .

Ini bukan hanya tentang mengajarkan keterampilan, tetapi menanamkan rasa bangga akan warisan nenek moyang.

Lokal di Panggung Global

Pemerintah dan seni juga gencar mempromosikan lokal di kancah . Festival kebudayaan seperti Channel dan pergelaran seni di berbagai negara menjadi ajang untuk memperkenalkan keragaman Nusantara kepada .

“Ketika kita memperlihatkan kekayaan kita kepada , kita bukan hanya memperkuat identitas bangsa, tapi juga menumbuhkan penghormatan global terhadap kita,” ujar Nia Dinata, seorang sutradara yang banyak menyoroti isu dalam karyanya.

Digitalisasi: atau Peluang?

Kemajuan teknologi juga menghadirkan paradoks. Di satu sisi, asing mudah masuk, tetapi di sisi lain, teknologi menjadi alat yang ampuh untuk melestarikan .

, kanal YouTube tentang tradisi, hingga untuk kerajinan lokal adalah bukti bahwa digitalisasi bisa menjadi teman, bukan ancaman.

“Generasi muda kini lebih sering melihat melalui layar ponsel mereka. Jika kita bisa menyediakan konten menarik tentang , kita bisa memenangkan hati mereka,” kata Reza Rahadian, aktor dan digital.

Gotong Royong di Era Globalisasi

Pada akhirnya, menjaga identitas bangsa tidak hanya menjadi tugas pemerintah atau , tetapi tanggung jawab bersama.

Menghargai produk lokal, menggunakan , hingga menyematkan nilai-nilai Pancasila dalam sehari-hari adalah langkah kecil yang bisa berdampak besar.

Di tengah derasnya arus globalisasi, berdiri di persimpangan . Pilihannya adalah mengikuti arus atau menjadikannya alat untuk memperkuat jati diri.

Dengan semangat gotong royong, masa depan identitas bangsa tetap bisa dijaga di tengah yang terus berubah.

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan jati dirinya,” ungkap Dedi Mulyadi, menutup wawancara dengan nada optimis.