JakartaInsideCom – Penyebutan istilah hingga Bani Israil kerap terdengar bersamaan dengan Palestina dan Israel yang terus memanas akhir-akhir ini. Di sisi lain, bagaimana sebetulnya Al-Quran dan menjelaskan dan membedakan kedua istilah tersebut? Bagaimana pula asal mula keduanya identik dengan penjajahan?

, dalam ceramahnya pada kanal Bayt Al-Quran, turut memberikan penjelasan seputar pengertian Bani Israil, , serta kaitannya dengan istilah ahlul bait, sebagaimana dijelaskan dalam perspektif Al-Quran dan .

Bani Israil merupakan sebutan yang digunakkan untuk menunjukkan orang-orang dari keturunan Yakub yang telah hidup sebelum zaman Muhammad SAW. Dalam hal ini, penggunaan istilah Bani Israil dalam Al-Quran dapat merujuk pada orang-orang baik maupun buruk.

Sementara digunakkan untuk menunjukkan orang-orang dari keturunan Yahuda, yakni satu dari 12 anak Yakub , yang hidup bersamaan dengan masa Muhammad SAW. Perbedaanya dengan Bani Israil, istilah dalam Al-Quran sudah pasti merujuk pada orang-orang buruk dan jahat.

Meski begitu, menjelaskan bahwa keturunan dapat pula bersifat baik dan disebut menggunakkan istilah Ahlul Bait. Sebutan ini merujuk pada orang-orang penganut kitab suci (termasuk didalamnya Nasrani dan ) yang dapat bersifat baik maupun buruk.

Quraish Shihab menjelaskan bahwa menjadi kaum yang dibenci sejak dulu karena sifatnya yang angkuh, egois, dan materialistik. Hal ini menjadikan kaum diperangi, sebagaimana masa Hitler membantai , sehingga mereka tidak dapat bersatu dan hidup berpencar dari golongannya.

Hingga dalam sejarahnya, bergejolaknya dunia pertama menjadikan luar negeri menjanjikan mendapatkan dan menjadi sebuah negara. Dalam perjanjian ini, menjanjikan tiga untuk , yakni , Uganda, dan Palestina.

Pilihan kemudian jatuh kepada Palestina. Mereka kemudian mencari alasan berbasis agama untuk membenarkan penjajahan mereka disana. Dalam hal ini, menggunakkan isi dari perjanjian lama yang mereka artikan bahwa dijanjikan Tuhan sebuah negeri yang dulu dikuasai mereka, seperti Sulaiman dan Daud .

Quraish Shihab kemudian menjelaskan bahwa pada dasarnya yang dijanjikan tersebut disebutkan dalam perjanjian lama dengan istilah ardil muqaddas ( yang suci) dan merujuk pada pemberian Tuhan kepada orang-orang Arab dari keturunan Ibrahim .   

Meski mengetahui hal ini, kaum tetap bersikeras dan menyebut bahwa anak-anak Ibrahim berasal dari pernikahannya bersama seorang budak, sehingga anak-anak tersebut mengikuti status ibunya dan tidak berhak atas tersebut.

Maka setelah dan sekutunya meraih kemenangan, mempersilahkan untuk mengambil Palestina. bahkan membiarkan pertumpahan terjadi antara kedua negara tersebut dibanding melakukan mediasi agar keduanya dapat hidup berdampingan. Sejak saat itulah Palestina terus terusir dari tanahnya sendiri akibat perlakuan zalim orang-orang