Penyebutan istilah hingga Bani Israil kerap terdengar bersamaan dengan dan yang terus memanas akhir-akhir ini. Di sisi lain, bagaimana sebetulnya Al-Quran dan tafsir menjelaskan dan membedakan kedua istilah tersebut? Bagaimana pula asal mula keduanya identik dengan penjajahan?

, dalam ceramahnya pada kanal Bayt Al-Quran, turut memberikan penjelasan seputar pengertian Bani Israil, , serta kaitannya dengan istilah ahlul bait, sebagaimana dijelaskan dalam perspektif Al-Quran dan tafsir.

Bani Israil merupakan sebutan yang digunakkan untuk menunjukkan orang-orang dari keturunan Nabi Yakub yang telah hidup sebelum zaman SAW. Dalam hal ini, penggunaan istilah Bani Israil dalam Al-Quran dapat merujuk pada orang-orang baik maupun buruk.

Sementara digunakkan untuk menunjukkan orang-orang dari keturunan Yahuda, yakni satu dari 12 anak Nabi Yakub , yang hidup bersamaan dengan masa SAW. Perbedaanya dengan Bani Israil, istilah dalam Al-Quran sudah pasti merujuk pada orang-orang buruk dan jahat.

Meski begitu, menjelaskan bahwa keturunan dapat pula bersifat baik dan disebut menggunakkan istilah Ahlul Bait. Sebutan ini merujuk pada orang-orang penganut kitab suci (termasuk didalamnya Nasrani dan ) yang dapat bersifat baik maupun buruk.

menjelaskan bahwa menjadi kaum yang dibenci sejak dulu karena sifatnya yang angkuh, egois, dan materialistik. Hal ini menjadikan kaum diperangi, sebagaimana masa Hitler membantai , sehingga mereka tidak dapat bersatu dan hidup berpencar dari golongannya.

Hingga dalam sejarahnya, bergejolaknya pertama menjadikan menjanjikan mendapatkan dan menjadi sebuah negara. Dalam perjanjian ini, menjanjikan tiga untuk , yakni , Uganda, dan .

Pilihan kemudian jatuh kepada . Mereka kemudian mencari alasan berbasis untuk membenarkan penjajahan mereka disana. Dalam hal ini, menggunakkan isi dari perjanjian lama yang mereka artikan bahwa dijanjikan Tuhan sebuah negeri yang dulu dikuasai nabi-nabi mereka, seperti Sulaiman dan Daud .

kemudian menjelaskan bahwa pada dasarnya tanah yang dijanjikan tersebut disebutkan dalam perjanjian lama dengan istilah ardil muqaddas (tanah yang suci) dan merujuk pada pemberian Tuhan kepada orang-orang Arab dari keturunan Nabi Ibrahim .   

Meski mengetahui hal ini, kaum tetap bersikeras dan menyebut bahwa anak-anak Nabi Ibrahim berasal dari pernikahannya bersama seorang budak, sehingga anak-anak tersebut mengikuti status ibunya dan tidak berhak atas tanah tersebut.

Maka setelah dan sekutunya meraih kemenangan, mempersilahkan untuk mengambil tanah . bahkan membiarkan pertumpahan terjadi antara kedua negara tersebut dibanding melakukan mediasi agar keduanya dapat hidup berdampingan. Sejak saat itulah terus terusir dari tanahnya sendiri akibat perlakuan zalim orang-orang