JakartainsIdeCom-Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) bersama PT Indonesia Pos (IDP) selaku penerbit indopos.co.id dan indoposco.id melaksanakan Focus Group Discussion (FGD). Kegiatan yang mengambil tema dan Risiko Digitalisasi Pertanahan” tersebut digelar di Hotel Aston, , Rabu (14/8/2024).

Dalam sambutannya, Direktur Utama (Dirut) PT Indonesia Pos Sumber Rajasa Ginting mengatakan, pemerintah dalam nawacitanya terus melakukan penataan sistem pertanahan nasional.

“Dalam program , ini didorong melalui peningkatan manusia () hingga perbaikan sistem ,” ujar Sumber Rajasa Ginting saat membuka diskusi, Rabu (14/8/2024).

Program digitalisasi pertanahan oleh Kementerian ATR, menurut Ginting, merupakan terobosan. Menuju sistem pertanahan yang bebas KKN dan peningkatan bagi .

“Program digitalisasi ini memangkas pertemuan langsung, sehingga menekan ruang tindak KKN. Namun sejumlah harus dihadapi pada program ini,” katanya.

“Harapannya, melalui diskusi ini ditemukan solusi baik pada percepatan program digitalisasi pertanahan,” imbuhnya.

Di tempat yang sama, Inspektur Jenderal (Irjen) Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Raden Bagus Agus Widjayanto menuturkan, pada prinsipnya Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) saat ini secara aktif membangun Zona Integritas (ZI) di seluruh satuan (satker). 

“Kami sangat mengapresiasi bila satker-satker BPN semangat membangun ZI,” kata Raden. 

Dalam diskusi yang dihadiri Komisaris PT Indonesia Pos Syarif Hidayatullah dan jajaran Kementerian ATR dan media, Raden menyebut, dari 508 Satker pertanahan (Kantah) dan Wilayah (Kanwil), ada 104 Satker ditargetkan menyandang wilayah bersih korupsi (WBK). Dari target tersebut 81,73 persen atau 83 Satker sudah siap WBK.

“Ini masih akan berkembang karena  memperbaiki atau membangun ZI pada masing-masing satker kita lakukan terus menerus berkelanjutan,” katanya. 

“Yang belum WBK kita bangun untuk siap WBK, yang sudah WBK kita rawat dan tingkatkan, jangan sampai turun rendah dari standar WBK,” imbuhnya. 

Lebih jauh ia mengungkapkan, Satker dinyatakan siap WBK berdasarkan hasil penilaian. Dengan variabel sesuai standar Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB).

“Dalam membuat penilaian ada 11 variable yang kita nilai, misalnya nilai Lembar Evaluasi sebagai dasar tim penilai menilai kondisi kesiapan membangun ZI, komitmen dan pemahaman jajaran hal ini menyangkut sikap perilaku yg dibangun dari dalam diri pimpinan dan jajaran,” bebernya.

“Lalu, dan kinerja misalnya terkait ada tidaknya tunggakan pertanahan yang belum selesai, berapa banyak tunggakan, pelaksanaan 7 layanan prioritas berjalan tanpa , sarana dan prasarana layanan sudah baik,” imbuhnya.

Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) Pertanahan, Tata Ruang dan Lahan Pertanian Berkelanjutan, Kementerian ATR/ BPN I Ketut Gede Ary Sucaya menambahkan, program digitalisasi pertanahan di interkoneksi dengan pihak-pihak terkait. Seperti Dukcapil, BSSN dan stakeholder lainnya.

“Digitalisasi pertanahan ini tidakbbisa kita lakukan sendiri, tapi kami lakukan interkoneksi. Ini agar akuntabel, salah satunya dengan BSSN (badan Siber dan sandi negara) pada tanda tangan elektronik misalnya. Ini tidak bisa dilakukan mundur, agar akuntabel,” ujarnya.

“Verifikasi penduduk kami lakukan dengan Dukcapil, jadi tidak ada alamat palsu. Dan untuk badan kami lakukan kerjasama dengan Direktorat Jenderal AHU (administrasi umum),” imbuhnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, pihaknya juga melakukan kerjasama dengan 461 terkait pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Sehingga tunggakan pembayaran BPHTB otomatis tidak akan masuk pada sistem. “Jadi kami terus melakukan verifikasi dengan , ucapnya. 

Sementara itu, Pengamat Siber Pratama Persadha mendukung, upaya digitalisasi yang dilakukan pemerintah untuk pelayanan , termasuk dalam bidang pertanahan. Paling penting memikirkan keamanan mencegah serangan siber. “Saya termasuk pro digitalisasi, tapi digitalisasi yang aman,” kata Pratama.

Mengingat kejadian serangan siber sudah sering terjadi menyasar kementerian atau lembaga negara. Seperti yang melanda, Pusat Data Nasional (PDN) mengganggu sistem pelayanan di berbagai pada Juni 2024. “Kementerian ATR/BPN sudah benar kooordinasi dengan BSSN,” ujar Pratama. 

Di tengah gencarnya digitalisasi harus dibarengi dengan kesiapan dan regulasi. Serta pentingnya menjaga keamanan data

Ia bercerita, serangan hacker ke Estonia seluruh baik perbankan, telekomunikasi, dan vital lainnya lumpuh total. Akibatnya, aktivitas dan negara tidak berdaya. 

Kejadian itu terjadi pada bulan 2007, penyerang yang bermarkas di Rusia meluncurkan serangkaian serangan penolakan layanan terhadap organisasi sektor dan swasta Estonia. Hal tersebut harus menjadi pelajaran berharga bagi Indonesia. “Ada pengalaman 2007, Estonia negara hancur. datanya rusak. akhirnya negara itu chaos. Ini hal-hal yang perlu kita waspadai,” pesan Pratama.

Di sisi lain, pemerintah harus memperhatikan akses lantaran masih banyak belum tersentuh . “Ada 11 juta orang, yang memilih tidak koneksi . Itu perlu dicarikan alternatif,” beber Chairman Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) itu.

“Selain itu, transformasi memungkinkan pelayanan mudah diakses oleh di manapun dan kapan pun, serta mempercepat proses pendaftaran tanah, dan mengurai resiko konflik dengan kehandalan data elektronik,” imbuhnya.

Menanggapi program layanan pertahanan pada Kementerian ATR/BPN, Anggota Komisi II RI Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera mengatakan, bahwa percepatan program tersebut sudah berjalan baik. Pada program digitalisasi pertanahan, menurut dia, merupakan program baik yang harus diimplementasikan.

“Program digitalisasi pertanahan bisa mempercepat layanan bagi . Dan mencegah peristiwa hilangnya surat fisik kepemilikan tanah,” katanya.