berbentuk piramida atau piramid dalam sebuah bukit pada kawasan Toba, Sumatra Utara, diklaim punya kemiripan dengan , Cianjur. Simak fakta-faktanya sejauh ini.
Sebuah dokumen pdf diterima CNNIndonesia.com menunjukkan klaim temuan struktur yang dimaksud dengan judul “Discovery of Toba Pyramid, North Sumatra, pekan lalu.
Tertulis pula nama penelitinya Prof. Danny Hilman Natawidjaja, M.Sc, Ph.D, nama yang yang disebut tak asing jika mengikuti pemberitaan perihal pengggalian Situs Gunung Padang, Cianjur, pada area era Presiden SBY.
“Belum banyak sih, masih pendahuluan,” aku Danny, yang dimaksud digunakan sekarang ini jadi Profesor Riset dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi dalam tempat Badan Riset lalu Inovasi Nasional (BRIN), saat dihubungi, saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (26/9).
Meski begitu, ia menuturkan beberapa orang temuan awal terkait piramida ini.
Berikut rincian fakta-fakta Piramid Toba berdasarkan keterangan Danny juga riset CNNIndonesia.com:
Kronologi temuan
Danny mengatakan piramida itu ditemukan ketika ia tengah meneliti jalur gempa di dalam area lokasi tersebut.
“Kebetulan Maret ada kerjaan gempa bumi pada sana, ternyata pada luar dugaan, ternyata strukturnya batuan besar juga gede,” kata Danny.
Tim ahli sebenarnya sudah melakukan survey pendahuluan ke lokasi pada 2022. Beberapa pakar yang dimaksud turut serta, selain Danny, adalah Mudrik R. Daryono, Dadan Dhani Wardhana, Nyanjang, Yusuf Maulana, Sutarman, lalu Nandang Supriatna.
Hipotesis awal menunjukkan bahwa struktur itu adalah piramida terkait dengan geomorfologi kawasan tersebut.
“Jadi ketika saya melihat ini, saya langsung curiga, ini kayaknya bukan alamiah nih. Ya sudah langsung saya datengin lalu juga ternyata bukan [alamiah],” tuturnya.
Dimensi kemudian juga bentuk
Menurut Danny, bentuk bangunan ini seperti piramida dengan setengah badannya menempel ke bukit. Penduduk sekitar menjuluki piramida itu sebagai bukit A akibat susunan piramida itu membentuk segitiga seperti huruf ‘A’.
“Tinggi piramid dari bawah sampai puncaknya sekitar 120 meter,” demikian dikutip dari keterangan dokumen Danny.
Piramida ini juga punya puluhan undak-teras batu dari bawah sampai puncak. Sebagian batu penyusunnya sangat besar. Namun, timnya belum memaparkan tambahan jarak terpencil tentang ukuran-ukuran rinci struktur ini.
Usia
Danny menyebut piramida ini menempel ke bukit dalam lapisan Toba tuff (batuan berpori sisa-sisa vulkanik) yang dimaksud dimaksud berumur 74 ribu tahun. Meski begitu, ia belum menjamin umur struktur piramidanya. “Belum,” ucap Danny.
Pihaknya masih akan meneliti struktur ini tambahan lanjut.
“Saya ingin tahu struktur di dalam dalam luarnya tambahan detail lagi, kita juga ingin tahu apakah ada struktur lagi di area area dalamnya, seperti gunung padang. Kemudian umurnya, apakah 1.000 tahun, apakah 5.000 apakah tambahan besar tua lagi. Itu kan sangat penting ya,” tutur dia.
Belum ada jurnal ilmiahnya
Danny mengakui “perlu dikerjakan studi Geologi lalu Arkeologi” terhadap situs ini. Pihaknya menyebut ada beberapa studi ilmiah yang tersebut digunakan mesti lebih banyak lanjut dulu dilakukan.
Pertama, Pemetaan Light Detection and Ranging (LiDAR) untuk melihat struktur bangunan batu dengan jelas tanpa harus membabat alang-alang kemudian menebang pohon
Kedua, Survey Geolistrik (Earth Resistivity Tomography) serta Georadar (Ground Penetrating Radar) untuk mengeksplorasi bawah permukaan apakah masih ada struktur tersembunyi di dalam dalam dalamnya.
Ketiga, Penggalian geologi-arkeologi pendahuluan untuk melihat struktur lapisan tanah pada teras-terasnya lalu menentukan umur situs dengan metode penanggalan radiokarbon (radiocarbon dating).
“Piramid Toba sangat berpotensi menjadi ikon wisata Toba kemudian juga jadi kebanggaan,” ungkap dia.
Sumber CNN Indonesia