–Sebuah kabar yang mengundang takjub datang dari negeri Serikat, ketika sekelompok ilmuwan terkemuka dari bioteknologi Colossal mengumumkan keberhasilan yang barangkali akan dikenang sebagai tonggak baru dalam hayat: kembali seekor makhluk purba, yang selama ribuan tahun hanya dapat dijumpai dalam fosil dan catatan arkeologis — sang , atau serigala yang mengerikan.

Makhluk ini, yang dulunya menjelajahi benua Utara sebagai predator puncak, kini kembali menjejak bumi, bukan lewat keajaiban , melainkan melalui kepandaian dalam memanipulasi susunan genetik. Dengan memanfaatkan DNA purba yang berhasil diekstrak dari gigi berusia 13.000 tahun dan tengkorak berumur 72.000 tahun, para peneliti menyusun ulang susunan genetik makhluk tersebut. Melalui serangkaian rekayasa yang cermat dan teliti, mereka melakukan penyuntingan pada 14 penting, lalu mengkloning sel yang paling menjanjikan untuk ditanamkan ke dalam rahim seekor anjing domestik yang dipilih sebagai ibu pengganti.

Proses tersebut, yang dilalui dengan delapan kali percobaan dan melibatkan ratusan embrio, pada akhirnya membuahkan tiga ekor serigala yang — dua jantan yang lahir pada Oktober , dan seekor betina yang menyusul lahir pada Januari .

Kini, ketiga makhluk purba itu hidup di kawasan seluas 2.000 hektar, yang tak disebutkan namanya demi alasan , dan yang dijaga sedemikian rupa dengan pagar setinggi tiga meter, kamera pengawas, hingga drone pemantau. Mereka berada dalam perlindungan penuh dan berada di bawah pengawasan petugas-petugas yang telah memperoleh dari American Humane Society serta pengawasan dari Departemen Pertanian .

“Kami tidak mencoba menciptakan replika genetik yang sepenuhnya identik,” ujar Beth Shapiro, ilmuwan Colossal. “ kami adalah menciptakan versi fungsional, yang mewarisi sifat-sifat utama dari —seperti mantel yang panjang dan bulu yang tebal—tanpa harus menyalin seluruh genomnya.”

Dengan memanfaatkan penyuntingan CRISPR, para ilmuwan mengganti bagian-bagian kecil dalam DNA serigala abu-abu yang masih hidup, hingga akhirnya terciptalah hibrida yang oleh banyak pihak dianggap cukup dekat — secara morfologis dan sifat — dengan serigala purba yang sudah punah belasan milenia lalu.

Tentu, pencapaian ini menuai decak kagum, sekaligus pertanyaan. Apakah makhluk ini benar-benar dapat dianggap sebagai , atau hanya semacam representasi modern yang diselimuti nostalgia purba? Love Dalén, pakar genomika evolusioner dari Universitas Stockholm dan penasihat Colossal, menyebutnya sebagai perdebatan filosofis yang sah.

“Ia membawa , dan yang membuatnya lebih menyerupai makhluk purba tersebut dibandingkan apa pun yang telah kita lihat selama tiga belas ribu tahun terakhir,” ujarnya.

Meskipun ketiga serigala muda itu masih dalam usia remaja, para ilmuwan terus mengamati perkembangan mereka. Menurut Matt James, petugas di Colossal, sejauh ini mereka menunjukkan karakter yang pendiam, belum sepenuhnya liar, tetapi juga tidak jinak.

“Kami memperkirakan akan ada signifikan ketika hormon dewasa mulai memengaruhi mereka. Ketika testosteron meningkat, yang lebih dan khas dari barangkali akan mulai muncul,” ujarnya, sebagaimana dilansir dari CNN, Jum’at (11/4/).

Langkah ini, meskipun penuh dengan teknis dan etika, membuka bagi era baru dalam bidang pemusnahan kepunahan—suatu upaya yang dahulu hanya dapat dibayangkan dalam kisah-kisah fiksi ilmiah. Kini, ia telah hadir di hadapan kita sebagai kenyataan yang dapat disaksikan, dipelajari, dan direnungkan.