JakartaInsideCom – Daging kurban seringkali dipersepsikan sebagai daging yang alot atau keras. Fenomena ini bukan tanpa alasan dan dapat dijelaskan melalui beberapa faktor.
Pertama, jenis hewan kurban yang umumnya adalah sapi atau kambing, memiliki struktur otot yang lebih padat dibandingkan dengan hewan yang diternakkan khusus untuk konsumsi daging, seperti ayam atau babi.
Otot–otot ini terbentuk dari aktivitas fisik yang lebih intens selama hidup hewan tersebut, sehingga serat-serat daging menjadi lebih kuat dan padat.
Kedua, proses penyembelihan hewan kurban yang seringkali tidak mengikuti standar pemotongan daging komersial.
Hal ini bisa menyebabkan daging tidak dipotong melintasi serat otot, yang ideal untuk menghasilkan tekstur daging yang lebih lembut.
Ketiga, usia hewan kurban biasanya lebih tua dibandingkan dengan hewan yang dipelihara untuk produksi daging.
Usia yang lebih tua berarti otot telah berkembang penuh dan serat-serat kolagen yang menyokong otot menjadi lebih banyak dan kuat, menyebabkan daging menjadi lebih alot.
Untuk mengatasi kealotan daging kurban, ada beberapa metode yang bisa dilakukan.
Misalnya, memasak daging dengan metode slow cooking atau menggunakan bahan-bahan yang dapat melunakkan daging seperti nanas atau pepaya yang mengandung enzim pemecah protein.
Dengan pemahaman akan faktor-faktor di atas dan penggunaan metode pengolahan yang tepat, daging kurban dapat diolah menjadi hidangan yang lezat dan tidak kalah dengan jenis daging lainnya.