JakartaInside.com–Komunitas seni Teater Lonceng dari Universitas Pamulang, Tangerang Selatan, kembali menunjukkan komitmennya dalam menghadirkan kesenian yang membumi dan dekat dengan masyarakat.
Lewat program bertajuk Masketir Vol. 1, kelompok teater ini sukses menggelar pertunjukan seni terbuka dan gratis di pelataran sekretariat mereka, Ekosistem Kesenian Kerajaan Teater Lonceng, Kamis (22/2).
Masketir, singkatan dari Masifkan Kesenian dan Tumbuhkan Inspirasi Rakyat, diinisiasi sebagai ruang kreasi dan apresiasi yang dirancang untuk mempertemukan para pelaku seni dengan masyarakat sekitar.
Program ini sekaligus menjadi medium bagi Teater Lonceng untuk merealisasikan salah satu poin Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat.
“Melalui Masketir, kami ingin membangun ekosistem seni yang membumi dan dekat dengan masyarakat. Ini adalah langkah awal kami untuk memperluas keterlibatan warga dalam kegiatan seni pertunjukan,” ujar Adam, Ketua Teater Lonceng, kepada JakartaInside, Sabtu (16/3).
Pada edisi perdananya, Masketir Vol. 1 mengangkat tema Menyambut Bulan Suci Ramadan. Beragam pertunjukan digelar, mulai dari musik hingga pementasan teater.
Seluruh rangkaian acara melibatkan seniman dan musisi yang memiliki kedekatan dengan Teater Lonceng. Dua grup musik yang tampil malam itu adalah Maleo Project dari Rangkasbitung dan Pengantar Pesan dari Pamulang.
Keduanya membawakan komposisi musik yang menghangatkan suasana, sekaligus membuka ruang temu bagi komunitas lintas daerah.
Sorotan utama dari Masketir Vol. 1 adalah pementasan lakon Ayahku Pulang, karya sastrawan sekaligus pahlawan nasional Usmar Ismail. Naskah klasik yang ditulis pada 1950-an ini diadaptasi secara kreatif oleh Teater Lonceng agar tetap relevan dengan dinamika masyarakat masa kini.
Di bawah arahan sutradara Chelsea Putri Nuriman, lakon tersebut mengisahkan konflik batin dalam sebuah keluarga yang menyambut kepulangan sang ayah setelah dua dekade meninggalkan istri dan anak-anaknya.