jakartainside.com –
Jakarta – Bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street dibuka kompak dalam dalam zona merah pada perdagangan Senin (9/10/2023) akibat tekanan dari konflik mematikan Israel–Hamas, diperparah inflasi lalu tingginya suku bunga.
Konflik Israel–Palestina memanas pada hari Sabtu setelah kelompok militan Hamas melancarkan invasi, yang dimaksud yang tampaknya mengejutkan Israel. Lebih dari 700 warga Israel tewas dalam apa yang mana mana disebut Hamas sebagai Operasi Banjir Al Aqsa, kemudian setidaknya 490 warga Palestina tewas dalam serangan balasan Israel pada Jalur Gaza. Sebagai informasi, Hamas adalah kelompok perlawanan Israel yang tersebut hal tersebut didukung oleh Iran lalu sudah pernah memerintah Jalur Gaza sejak 2007.
Meningkatnya ketegangan geopolitik yang dimaksud digunakan disebabkan oleh konflik hal itu dapat berdampak pada pasar energi, serta beberapa ahli memperkirakan akan terjadi “lonjakan mendadak” pada biaya minyak. Meningkatnya ketegangan juga dapat memicu volatilitas lebih lanjut besar lanjut dalam pasar yang dimaksud hal tersebut memproduksi pelaku pasar khawatir akan inflasi yang yang terus berlanjut serta suku bunga yang dimaksud dimaksud tambahan tinggi.
|
Melansir CNBC International, Minyak mentah berjangka WTI naik 3,8% pada Senin, diperdagangkan di dalam area atas US$ 85 per barel. Meski pasar secara keseluruhan terkoreksi, Perusahaan pertahanan serta minyak besar melonjak pada tengah serangan itu. Saham Lockheed Martin serta Northrop Grumman Corp melesat masing-masing 4,9% juga 3,6%, dalam perdagangan pra-pasar.
Harga minyak mengalami rebound, pasca kejatuhan yang dimaksud dimaksud terjadi pekan lalu. Minyak mentah Brent tergelincir sekitar 11% serta West Texas Intermediate (WTI) AS mencatat penurunan sebesar 8%.
Meskipun Israel juga Palestina bukanlah pemain utama dalam sektor energi global, kedua negara yang dimaksud disebut berlokasi pada kawasan penting untuk produksi minyak yang itu dapat mempunyai implikasi tambahan banyak luas.
OPEC+, kartel minyak yang digunakan mencakup Rusia yang mana itu bukan anggota OPEC, akan tetap berhati-hati dalam setiap langkah untuk memperluas produksi minyak lebih lanjut lanjut lanjut lalu mengubah rencana pengurangan, kata Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman kepada CNBC pada hari Minggu.
Di sisi lain, tekanan bursa saham terjadi seiring dengan imbal hasil Treasury 10-tahun mencapai level tertinggi dalam 16 tahun pada awal minggu ini.
Sumber CNBC Indonesia