JakartaInsideCom – Heni Sagara, seorang apoteker yang namanya belakangan mencuat di media sosial, akhirnya memberikan klarifikasi mengenai tuduhan serius yang menuduh dirinya terlibat dalam praktik “mafia skincare“. Dalam konferensi pers yang diadakan bersama keluarganya, ia memaparkan pandangannya terkait tuduhan yang menurutnya adalah bagian dari persaingan bisnis tidak sehat serta upaya pembunuhan karakter.
Selama tiga minggu terakhir, Heni Sagara memilih diam meski tuduhan tersebut viral di media sosial. Ia menjelaskan, serangan ini merupakan bagian dari persaingan bisnis yang tidak sehat, dan merupakan usaha menjatuhkan reputasinya secara tidak adil. Sebagai seorang ibu yang baru melahirkan, prioritas utamanya adalah menjaga kesehatan mental dan fisik demi anak-anaknya. Setelah memastikan hal tersebut, ia memutuskan untuk memberikan klarifikasi dan meluruskan kesalahpahaman yang beredar.
Heni menekankan bahwa ” tuduhan dirinya terlibat dalam jaringan “mafia skincare” sangat tidak berdasar, istilah ini pertama kali muncul di sebuah podcast yang dipandu oleh Risa Kli dan Dr. Koki. Dalam podcast tersebut, istilah “mafia” digunakan untuk menggambarkan skema besar dalam industri kecantikan” ujar Henni
Heni menyatakan bahwa tuduhan ini serius dan menyesatkan. Ia menjelaskan bahwa istilah “mafia” merujuk pada organisasi kriminal rahasia, dan tuduhan tersebut sangat merugikan citra dirinya dan bisnisnya” tambah Heni”.
Sebagai seorang apoteker profesional, Heni juga mengklarifikasi isu terkait penggunaan obat beretiket biru, yang sempat menjadi topik hangat di media sosial. Ia menjelaskan bahwa obat beretiket biru adalah obat keras yang hanya boleh digunakan dengan resep dokter. Perannya sebagai apoteker adalah meracik dan memberikan obat sesuai dengan resep yang diberikan oleh dokter. Ia menegaskan bahwa jika ada penyalahgunaan obat tanpa resep, itu di luar tanggung jawabnya sebagai apoteker.
Tidak tinggal diam, tim kuasa hukum Ibu Heni kini sedang mempersiapkan langkah hukum untuk menuntut pihak-pihak yang menyebarkan informasi palsu. Timnya akan memaparkan fakta-fakta yang sebenar-benarnya guna mencegah penyebaran misinformasi yang lebih luas. Ibu Heni berharap agar melalui jalur hukum, kebenaran dapat ditegakkan dan reputasinya kembali bersih.
Di tengah kontroversi ini, beredar kabar yang menyebutkan bahwa Ibu Heni telah meninggal dunia. Kabar tersebut ditepisnya dengan tegas. Ia menjelaskan bahwa berita tersebut hanyalah fitnah yang bertujuan untuk semakin menyudutkan dirinya di tengah krisis yang sedang dihadapinya.
Dalam penutupan klarifikasinya, Heni menegaskan ” bahwa dampak dari fitnah ini tidak hanya menimpa dirinya secara pribadi, tetapi juga ribuan karyawan yang bekerja di bawah naungan bisnisnya. Ia berharap agar masyarakat lebih bijak dalam menyikapi informasi yang beredar dan tidak mudah termakan oleh berita palsu” tegas Heni”
Heni juga berkomitmen untuk menjaga integritas bisnisnya dan melindungi semua orang yang bergantung pada usahanya.