JakartaInsideCom – Monumen Palagan Lengkong yang terletak di Jl. Bukit Golf Utara No. 2, Lengkong Wetan, Serpong, Tangerang Selatan, merupakan simbol perlawanan Taruna Akademi Militer Tangerang terhadap pasukan Jepang pada 25 Januari 1946.
Menurut Suardin, Babinsa 1 Lengkong Wetan, peristiwa ini terjadi ketika para Taruna yang dipimpin Mayor Daan Mogot, Letnan Sutopo, dan Letnan Subianto sedang latihan baris-berbaris.
Sebagai informasi, Letnan Subianto merupakan adik dari Sumitro Djojohadikusumo atau ayahanda dari Presiden Prabowo Subianto.
Selain itu juga ada saudara lainnya, yaitu Letnan Sujono yang turut gugur di medan laga.
Sumitro menamai kedua anaknya, Prabowo dan Hasyim dengan menambahkan nama pamannya untuk mengabadikan kisah heroik Letnan Subianto dan Letnan Sujono.
Melanjutkan kisah tersebut, mereka mendapat laporan adanya ancaman dari pasukan Belanda yang hendak menyerang Lengkong.
“Saat itu Mayor Daan Mogot berkoordinasi dengan Kapten Abe dari pasukan Jepang untuk meminta pelucutan senjata,” jelas Suardin pada 15 Februari 2024.
Peristiwa Lengkong 1946: Upaya Damai yang Berujung Tragis
Pasca proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Indonesia masih menghadapi tantangan, termasuk pasukan Jepang yang belum sepenuhnya dilucuti.
Pemerintah pun berupaya mengambil alih senjata mereka, termasuk di Lengkong, Tangerang.
Mayor Daan Mogot, yang saat itu berusia 25 tahun dan menjabat sebagai Direktur Pendidikan Akademi Militer Tangerang, memimpin Taruna serta prajurit Tentara Keamanan Rakyat (TKR) untuk bernegosiasi dengan Mayor Kagawa, komandan Jepang di wilayah tersebut.