Otoritas Jasa () mengungkapkan bahwa modus di telah menyebabkan kerugian yang sangat besar, mencapai ratusan miliar dalam beberapa bulan terakhir.

Fenomena ini semakin mengkhawatirkan seiring dengan meningkatnya penggunaan dalam sehari-hari.

Menurut data yang dirilis oleh , lebih dari 42.000 pengaduan terkait telah diterima oleh Anti Scam Center (IASC) dalam tiga bulan terakhir.

Dari jumlah tersebut, berbagai modus operandi telah diidentifikasi, termasuk Love Scam, phishing, investasi bodong, dan skema ponzi berbasis .

Para pelaku kejahatan siber semakin cerdik dalam memanfaatkan , termasuk () dan , untuk memperdaya korban.

Salah satu modus yang paling sering terjadi adalah Love Scam, di mana pelaku menggunakan identitas palsu untuk hubungan emosional dengan korban sebelum akhirnya meminta uang.

Selain itu, modus phishing juga marak terjadi, dengan pelaku mengirimkan tautan palsu yang menyerupai situs resmi untuk mencuri data korban.

mengingatkan agar selalu waspada terhadap segala bentuk transaksi yang mencurigakan.

Wafa Taftazani, General Manager di Tools for Humanity, juga menyoroti pentingnya dalam memverifikasi identitas pengguna .

“Dengan yang semakin maju, semakin sulit untuk membedakan apakah atau foto itu asli, yang telah terbukti bermasalah ketika berusaha mendekati seorang ataupun sebaliknya, ” ujarnya dalam press release, Selasa (18/2/).

Sebagai langkah mitigasi, bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk , perusahaan , serta lembaga penegak , untuk mengembangkan sistem yang lebih baik dalam mendeteksi dan mencegah aktivitas .

Selain itu, juga mendorong untuk segera melaporkan kasus ke pihak berwenang agar dapat ditindaklanjuti dengan cepat.

Dengan meningkatnya ancaman kejahatan , diimbau untuk tidak mudah percaya pada tawaran investasi yang menjanjikan keuntungan tidak wajar, menghindari membagikan data secara sembarangan, serta selalu memverifikasi informasi sebelum melakukan transaksi secara daring.

harus menjadi prioritas bagi setiap pengguna internet agar tidak menjadi korban berikutnya dalam gelombang kejahatan siber yang semakin canggih.