menegaskan bahwa peringatan yang jatuh pada 9 Maret menjadi momentum penting untuk menelusuri perjalanan Raya dari ke .

Dalam acara tersebut, merilis berbagai versi Raya, mulai dari versi pertama tahun 1928, aransemen di era pendudukan , hingga versi yang telah diaransemen ulang oleh George Ritzer.

“Kita merilis Raya dari versi yang pertama tahun 1928, kemudian di zaman , lalu yang telah diaransemen ulang oleh George Ritzer. Juga beberapa dari tahun 70-an, 80-an, dan 90-an dalam rangka melihat transformasi Raya hingga menjadi seperti yang kita kenal sekarang,” ujar dalam sambutannya.

Menurutnya, peringatan tahun ini bukan sekadar seremonial, tetapi juga ajang antara dan para . “Kita sengaja mengadakan peringatan ini untuk berdiskusi dengan para , mendengar masukan dari para tokoh yang hadir,” tambahnya.

Dalam kesempatan ini, turut dipamerkan artefak bersejarah berupa rekaman piringan hitam Raya versi pertama tahun 1928 yang diterbitkan oleh Yogi Orkes Populer.

Meski sudah berusia hampir 100 tahun dan dalam kondisi analog yang tidak sempurna, rekaman tersebut masih bisa didengarkan, baik dalam versi instrumentalia keroncong maupun yang dinyanyikan langsung oleh WR Supratman.

“Kami sangat senang karena besar WR Supratman juga hadir dalam kesempatan ini. Kami akan berusaha menyebarluaskan rekaman ini, termasuk ke dalam bentuk .

Iringannya sendiri tidak terbatas hanya 1.000 , tetapi bisa kita distribusikan lebih luas, termasuk ke perpustakaan,” jelas .

Dengan upaya ini, berharap , terutama generasi muda, dapat lebih mengenal dan perjalanan Raya, yang menjadi simbol perjuangan dan kebanggaan bangsa .