JakartaInsideCom – Malam Lailatul Qadar di Jawa punya tradisi khas turun temurun untuk menyambutnya.
Umat Islam di seluruh dunia selalu menantikan malam mulia di bulan Ramadhan ini. Malam yang jatuh pada 10 malam ganjil terakhir. Mulai dari malam 21, 23, 25, 27, dan 29 Ramadhan.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Qadr ayat 3, malam ini lebih baik dari seribu bulan.
Barangsiapa yang beribadah dengan sungguh-sungguh kepada Allah, niscaya akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dan mendapat ampunan dosa.
Tidak ada satupun manusia yang mengetahui kapan datangnya malam ini. Rasulullah sebagai utusan Allah hanya memberikan beberapa cirinya melalui hadist.
“Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin. Keesokan harinya cahaya mataharinya melemah kemerah-merahan.” HR. Ibnu Abbas RA.
Pada malam mulia ini ada beberapa amalan ibadah yang dapat dilakukan umat muslim.
Amalan tersebut antara lain menunaikan ibadah sholat malam, membaca Al-Qur’an, i’tikaf di masjid, perbanyak membaca dzikir dan sholawat, serta perbanyak memohon ampun dan berdoa.
Tradisi Menyambut Malam Lailatul Qadar
Terdapat salah satu tradisi sejak zaman Walisanga kepada masyarakat Jawa di Surakarta yang masih eksis berjalan sampai saat ini. Masyarakat menyebutnya dengan malam Selikur atau Selikuran.
Dalam Bahasa Jawa, Selikur berarti dua puluh satu. Kata ini mengacu pada mulainya malam Lailatul Qadar.
Awalnya tradisi ini diperkenalkan oleh Sultan Agung dan terus mengalami variasi sepanjang sejarahnya.
Selanjutnya di era Pakubuwana IX, kembali menghidupkan kegiatan ini dan mencapai puncaknya pada masa Pakubuwana X.
Pada masa itu, Malam Selikuran melibatkan prosesi mengarak tumpeng dari Keraton ke Masjid Agung Surakarta dengan membawa lampu ting atau pelita yang melambangkan obor sahabat Nabi Muhammad SAW ketika mereka menjemputnya setelah menerima wahyu di Jabal Nur.
Namun seiring berkembangnya zaman, tradisi ini terus mengalami perubahan.
Kini warga datang dengan membawa masang, yaitu nasi beserta lauk ala kadarnya. Kemudian, pemangku adat atau “kaum” akan memimpin doa bersama sebelum akhirnya warga makan bersama.
Mengutip dari akun instagram solonyaman, terdapat unggahan pemberitahuan kegiatan malam Selikuran.
Pada tahun 2025, acara Malam Selikuran bersama K. H. Ahmad Muwafiq berlangsung pada Kamis, 20 Maret 2025 pukul 20.00 WIB di Taman Sriwedari.