JakartainsideCom – Meskipun Hari Valentine telah berlalu, semangat cinta tetap terasa. Namun, di balik romantisme dunia digital, penipuan cinta di internet masih menjadi masalah serius di Indonesia.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa selama tiga bulan terakhir, modus penipuan digital telah menyebabkan kerugian sebesar Rp 700 miliar.
Dari lebih dari 42.000 pengaduan yang diterima oleh Indonesia Anti Scam Center (IASC), salah satu bentuk penipuan yang semakin marak adalah Love Scam, di mana para penipu memanfaatkan identitas palsu dan teknologi deepfake untuk menipu korban.
Salah satu tren yang semakin mengkhawatirkan adalah peran kecerdasan buatan (AI) dalam interaksi manusia.
Dengan chatbot berbasis AI yang semakin canggih, batas antara komunikasi digital dan interaksi nyata menjadi semakin kabur.
Teknologi ini memungkinkan para penipu untuk membangun kepercayaan dengan korban melalui percakapan yang tampak alami, bahkan menciptakan persona palsu menggunakan deepfake.
Sebuah survei global terbaru yang dilakukan oleh World mengungkapkan bahwa satu dari empat responden (26%) mengaku pernah menggoda chatbot berbasis AI, baik secara sadar maupun tidak.
“Kami percaya bahwa Proof of Human sangat penting: memastikan bahwa ada orang asli di ujung sana sangat penting untuk mencegah penipuan dan melindungi kesejahteraan mental kita,” kata Wafa Taftazani, General Manager Indonesia di Tools for Humanity, Selasa (18/2/2025).
Survei yang melibatkan lebih dari 90.000 orang di sembilan negara ini menunjukkan bagaimana AI semakin berpengaruh dalam hubungan sosial, termasuk di Indonesia.
Hasil survei juga mengungkap beberapa fakta menarik:
– Sebanyak 90% responden menginginkan aplikasi kencan memiliki sistem verifikasi untuk memastikan bahwa pengguna adalah manusia asli.
– Sekitar 60% partisipan mengaku pernah mencurigai atau menemukan bahwa pasangan yang mereka cocokkan di aplikasi kencan adalah bot atau AI.