Oleh : Yanuar Catur Pamungkas (Praktisi Bisnis dan Komunikasi Digital)
JakartaInsideCom – Baru baru ini kita dikejutkan dengan kasus penyiksaan seorang balita yang dititip oleh orangtuanya ke sebuah tempat daycare. Dan yang jadi semakin mengherankan adalah pelaku penyiksaan ini adalah sang pemilik daycare tersebut yakni Meita Irianty atau lebih dikenal di sosial media dengan nama Tata Irianty.
Selama ini, Tata Irianty dikenal sebagai seorang influencer parenting yang sukses. Melalui platform media sosialnya, ia menyajikan diri sebagai seorang ibu yang penuh kasih sayang, ahli dalam mengasuh anak, dan memiliki kehidupan keluarga yang harmonis. Konten-kontennya yang positif dan inspiratif menarik banyak pengikut dan membuatnya dipercaya sebagai sosok yang kompeten dalam dunia parenting.
Citra Diri Palsu di Era Digital
Kasus Tata Irianty menjadi cerminan nyata dari bahaya citra diri palsu di era digital. Banyak individu di media sosial cenderung menyajikan versi ideal dari diri mereka, menggunakan filter, editan, dan narasi positif untuk menciptakan kesan hidup yang sempurna. Ketika seseorang konsisten membangun citra positif, publik cenderung mempercayainya tanpa ragu. Namun, upaya untuk mempertahankan citra palsu ini dapat menimbulkan tekanan psikologis yang besar, bahkan mendorong seseorang melakukan tindakan ekstrem seperti yang dilakukan oleh Tata Irianty.
Dampak Negatif Citra Diri Palsu
Kasus ini menyadarkan kita akan dampak negatif dari citra diri palsu. Kepercayaan publik terhadap informasi di media sosial menjadi terkikis, korban mengalami trauma mendalam, dan pelaku pun harus menanggung konsekuensi psikologis dari tindakannya. Selain itu, reputasi yang telah dibangun dengan susah payah dapat hancur dalam sekejap.
Pelajaran Berharga
Dari kasus Tata Irianty, kita dapat mengambil beberapa pelajaran penting. Pertama, jangan mudah terpedaya oleh penampilan sempurna di media sosial. Kedua, selalu kritis terhadap informasi yang kita terima, terutama di dunia maya. Ketiga, nilai seseorang berdasarkan tindakannya, bukan hanya kata-katanya. Terakhir, kesehatan mental yang baik sangat penting untuk menjaga keseimbangan hidup.
Kasus Tata Irianty adalah pengingat bagi kita semua untuk lebih berhati-hati dalam berinteraksi dengan media sosial. Citra diri palsu yang dibangun di media sosial dapat menyesatkan publik dan berdampak buruk pada kehidupan nyata. Dengan meningkatkan kesadaran dan kritis terhadap informasi, kita dapat melindungi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita dari bahaya yang mengintai di dunia maya.