Badan Meteorologi, Klimatologi, juga Geofisika () memperingatkan lebat berpotensi terjadi di dalam area beberapa lantaran efek fenomena-fenomena atmosfer padahal  belum pergi.

“Waspada lebat (>50mm/hari) pada : , , Kalimantan Utara, Barat lalu juga ,” demikian dikutip dari prakiraan cuaca untuk Senin (2/10) lalu Selasa (3/10), pada tempat Ikhtisar Cuaca Harian BMKG, Senin (2/10).

Lembaga ini pun mengeluarkan peringatan dini hambatan kemungkinan bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, juga tanah longsor di lima pada tempat atas plus Riau.

Pada periode yang mana mana sama, sebaliknya berpotensi dilanda kebakaran .

“Waspada kemungkinan kebakaran pada wilayah senin-selasa: , Sumatera Selatan, , Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, serta juga Kalimantan Selatan.”

Rangkaian pemicu

Pertama, fenomena atmosfer Madden Jullien Oscillation (MJO) terpantau berpartisipasi di dalam tempat wilayah Laut Andaman kemudian Perairan utara Sabang. Hal ini berpotensi menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan pada wilayah tersebut.

Kedua, Gelombang Atmosfer Rossby Ekuator merambat ke arah barat terpantau pada area wilayah Laut Natuna Utara, Laut Sulu, Laut Sulawesi, Filipina, sebagian besar Kalimantan dan Sulawesi;

Fenomena ini, kata BMKG, “berpotensi menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan dalam wilayah tersebut.”

Ketiga, Gelombang Kelvin yang dimaksud merambat ke arah timur tak terpantau bergerak dalam wilayah Indonesia. Keempat, gelombang dengan low frequency bukan terpantau berpartisipasi dalam tempat wilayah Indonesia.

Kelima, tak ada kombinasi antara MJO, Rossby Ekuator, Kelvin, kemudian Low Frequency pada wilayah juga periode yang mana yang sama.

Keenam, Siklon Tropis Koinu masih akan terpantau berada di tempat tempat Laut Filipina sebelah timur laut Filipina dengan kecepatan angin maksimum 60 knots (110 km/jam) lalu tekanan udara minimum 975 hPa yang dimaksud mana bergerak ke arah barat laut.

“Intensitas siklon tropis Koinu diprakirakan akan meningkat dalam 24 jam ke depan. Kondisi hal yang mampu meningkatkan kemungkinan pertumbuhan awan kemudian ketinggian gelombang laut pada sekitar wilayah siklon tropis tersebut.”

Ketujuh, daerah konvergensi lainnya terpantau memanjang dari perairan sebelah barat , barat hingga , dari , Riau, Selat Malaka hingga Malaysia, dari Kalimantan Timur hingga Kalimantan Utara;

Sulawesi Tengah, pada Maluku Utara, pada dalam Maluku, pada Laut Arafura, pada Barat, dalam area , kemudian juga dari Samudera Pasifik sebelah utara hingga bagian utara.

“Kondisi yang mana disebut mampu meningkatkan kemungkinan pertumbuhan awan dalam sepanjang daerah konvergensi tersebut.”

Kedelapan, Labilitas Lokal Kuat yang tersebut digunakan mengupayakan proses pembentukan awan atau konvektif pada skala lokal terdapat dalam tempat , , Sumatera Barat, , Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Maluku, Barat kemudian .

Daftar daerah

Untuk lebih lanjut besar lengkapnya, berikut daftar daerah berpotensi kategori rendah (di bawah 50mm per hari):

Oktober I: Sumatra bagian tengah serta selatan, hingga NTT, sebagian besar Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, sebagian Barat, sebagian , sebagian Pegunungan dan juga juga Selatan.

Oktober II: Sumatra bagian tengah kemudian selatan, hingga NTT, Kalimantan bagian tengah hingga timur, sebagian besar Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, sebagian Barat, sebagian , sebagian Pegunungan juga juga Selatan.

Sebelumnya, Plt. Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengungkap 69 zona musim (ZOM) atau 9,9 persen wilayah mulai di tempat tempat ini.

Yakni, , Sumatera Selatan bagian utara, bagian selatan, sebagian wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah bagian barat, lalu juga sebagian besar Kalimantan Timur.

yang mana dimaksud terlambat datang pada sebagian besar RI ini terkait dengan fenomena El Nino yang diprediksi bertahan hingga awal 2024 juga fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) yang mana itu diprakirakan bertahan hingga akhir .

Sumber CNN Indonesia

by Jakarta Inside