–Dua puluh tahun setelah and the Sorcerer’s Stone untuk pertama kalinya menghiasi layar lebar, kisah The Boy Who Lived akan kembali hadir—kali ini dalam versi baru yang lebih mendalam dan setia pada asli J.K. Rowling.

Adaptasi bertajuk ini akan ditayangkan perdana pada tahun 2026 di HBO Max, dan menjanjikan satu musim untuk setiap dari tujuh seri kisah legendaris tersebut.

Tak pelak, perhatian kini tertuju pada proses pemilihan pemain. Siapa yang mampu mengisi peran yang pernah melekat begitu erat pada Daniel Radcliffe, Emma Watson, dan Rupert Grint?

Setelah berbulan- spekulasi dan teori dari para penggemar yang memenuhi media , tabir misteri akhirnya tersingkap.

HBO secara resmi mengumumkan jajaran pemain utama yang akan membawa kembali sihir ke layar, menjanjikan interpretasi segar sekaligus semangat orisinal kisah .

Dari aktor panggung kawakan hingga talenta baru yang tengah bersinar, deretan nama yang akan menapaki lorong-lorong Hogwarts dalam babak baru semesta sihir ini.

John Lithgow sebagai Albus Dumbledore

Albus Dumbledore bukan sekadar Hogwarts. Ia adalah simbol kebijaksanaan, kekuatan, dan teka-teki yang belum selesai.

yang bahkan ditakuti oleh Voldemort ini menjadi penjaga rahasia depan sihir—dan penuntun sunyi bagi Harry dalam menghadapi takdirnya.

John Lithgow, aktor yang telah mengukir reputasi lewat The Crown dan Conclave, ditunjuk untuk menghidupkan kembali karakter yang sebelumnya diperankan oleh Richard Harris dan Michael Gambon.

Dengan enam Emmy, dua Golden Globe, satu Tony dan Olivier Award, Lithgow diyakini mampu menanamkan karisma dan kedalaman pada figur Dumbledore—mewujudkan bijak yang lebih manusiawi, lebih , dan lebih kompleks.

Paapa Essiedu sebagai Severus Snape

Tidak ada tokoh yang mengundang dan benci sedalam Severus Snape. ramuan yang dingin dan penuh dendam ini menyimpan rahasia lalu yang kelam—dan yang tak tersampaikan.

Paapa Essiedu, bintang dari I May Destroy You dan pemeran Hamlet di Royal Shakespeare Company, akan mengambil tongkat estafet dari mendiang Alan Rickman.

Dalam dirinya, ada potensi untuk meredefinisi Snape—dari sekadar figur tragis menjadi potret utuh tentang pengorbanan, moral abu-abu, dan luka yang tak pernah sembuh.

Janet McTeer sebagai Minerva McGonagall

Minerva McGonagall adalah tulang punggung moral Hogwarts. Tegas namun adil, keras namun penuh kasih. Sebagai asrama Gryffindor dan anggota Orde Phoenix, McGonagall adalah wajah dari keberanian yang bersahaja.

Janet McTeer, aktris nominasi yang dikenal lewat Ozark dan Albert Nobbs, akan mengisi peran ini.

Dengan wibawa panggung yang kokoh dan kepekaan emosional tinggi, McTeer menjanjikan McGonagall yang tetap berakar pada warisan Maggie Smith, namun dengan intensitas baru yang lebih kontemporer.

Nick Frost sebagai Rubeus Hagrid

Setengah raksasa yang berhati , Hagrid adalah penjaga gerbang sihir bagi Harry. Ia adalah sahabat pertama, pelindung setia, dan bukti bahwa kekuatan sejati datang dari kelembutan.

Nick Frost, dikenal lewat kultus seperti Shaun of the Dead dan Hot Fuzz, akan menghadirkan sisi jenaka dan sentimental Hagrid dalam porsi yang seimbang.

Keberadaannya di ini menjadi pengingat bahwa di balik tubuh besar dan lantang, tersembunyi kerinduan akan yang adil dan penuh kasih.

Luke Thallon sebagai Quirinus Quirrell

Pertahanan terhadap Hitam yang tampak penakut ini menyimpan rahasia tergelap dalam Hogwarts. Quirrell adalah tubuh dan topeng bagi kebangkitan Voldemort.

Luke Thallon, yang menuai pujian dalam Hamlet versi Royal Shakespeare Company, diharapkan mampu menggali lapisan Quirrell dengan detail subtil.

Tokohnya tidak hanya menjadi antagonis pertama Harry, tetapi juga gerbang menuju narasi besar tentang kegelapan dan kehendak bebas.

Paul Whitehouse sebagai Argus Filch

Filch bukan sekadar penjaga kastil yang mudah marah. Ia adalah potret getir dari seseorang yang hidup di sihir tanpa sihir. Seorang Squib yang terjebak di antara dua .

Paul Whitehouse, komedian kawakan dari The Fast Show, akan memberikan nuansa tragikomik pada tokoh ini. Di balik dengus dan omelan, Whitehouse diyakini bisa menunjukkan kerinduan Filch akan yang tak pernah benar-benar menerima dirinya.

Dengan deretan aktor lintas generasi dan cerita yang lebih mendalam, versi HBO tak hanya menjadi nostalgia, tapi juga cermin baru bagi generasi yang tumbuh di bawah bayang-bayang mantra Expelliarmus!.

Sihir telah kembali. Kini, dengan wajah yang lebih matang, lebih , dan mungkin—lebih jujur.