Status sebagai dari Republik selesai sudah. Pasca ditetapkannya di Kalimantan Timur, sejak itu ibukota berpindah. Hal ini dikuatkan pasal 41 ayat 2 Nomor 3 Tahun 2022 tentang . Lepasnya citra sebagai Ibukota membawa konsekuensi tidak mudah. tetapi keputusan sudah bulat, dan kita harus menghormati realitas yang ada.

Setelah selesai lepas masa Ibukota, menjadi pertanyaan bagaimana nasib ke depan? Sebagai daerah yang kaya dengan potensi , tentu saja nasib tetap berjalan baik. Kita semua tahu, selama ini terlanjur melekat sebagai pusat industri dan perekonomian nasional. Banyak pusat perbelanjaan, hiburan, gedung bertingkat dan yang mendukung nadi .

Secara , tidak akan kehilangan fungsinya dalam mendukung nasional. Sementara pemetaan , diprediksi akan tetap menjadi episentrum perpolitikan nasional. Sebab pemindahan status Ibukota tidak akan menghilangkan magis perpolitikan . Sebagai , wacana pemilihan saja masih menjadi isu nasional yang menarik. Apa yang terjadi di memungkinkan sekali akan tetap jadi barometer di .

Dengan perpindahan , justru kita akan melihat sejauhmana efektivitas dari alasan mendasar kepindnahan ibukota. Sebab selama ini diyakini berpindahnya Ibukota untuk mengurangi kepadatan penduduk . Konsekuensi logis dari alasan itu dapat dilihat dari penurunan jumlah penduduk, tingkat dan kriminalitas yang marak di . Jika benar alasan tersebut, maka seharusnya penduduk , dan kriminalitas akan semakin berkurang.

Andai benar terjadi ke depan penduduk berkurang, maka tentu pemerintah pusat layak berbangga karena terjadi pemerataan penduduk. Sementara apakah benar berkurang? Sebab kita tahu bersama pemerintah ingin berkurang, tapi belum mampu secara serius menekan daya beli terhadap baik dan . Sementara kriminalitas apakah berkurang? Layak dinanti, sebab kejahatan cenderung selalu ada dimana saja, kapan saja dan kepada siapa saja selama ada peluang dan kesempatan untuk niat dan bertindak jahat.

Penulis meyakini, alasan pengurangan jumlah penduduk seharusnya berdampak positif kepada struktur kondisi sosial-budaya . Tetapi jika persoalan dan kejahatan tidak berkurang, kita layak bertanya dan merefleksikan secara kolektif, benarkah kebijakan memindahkan ibukota ?