Pasalnya, PKS masih membutuhkan koalisi dengan partai lain agar memenuhi syarat untuk mendaftarkan cagub-cawagub ke KPU. Syaikhu mengatakan, PKS terbuka untuk melakukan negosiasi, salah satunya dengan PDIP.
Artinya apa? Komunikasi politik masih begitu dinamis dimainkan. Terutama, tentu dimainkan terbatas oleh elit-elit partai di tubuh PKS. Tarik menarik kepentingan yang dimainkan oleh para elit pasti terjadi.
Sementara, kader-kader PKS di bawah, saya kira hanya bisa menyaksikan dari kejauhan bagaimana elit-elit partai mengambil keputusan. Istilah “esuk dele sore tempe,” “Cek Ombak” menjadi begitu akrab yang melahirkan banyak spekulasi, gosip bahkan fitnah.
Kabar kurang mengenakkannya, seperti mengutip Thomas Carothers dalam “Jurnal Carnegie Endowment in International Peace” menggambarkan partai di Indonesia memang sangat “Leader centric” yang didominasi lingkaran kecil elit.
Artinya, komunikasi politik elit menentukan keputusan dibanding keorganisasian partai itu sendiri.
Kini, komunikasi politik masih berjalan dinamis. Usaha untuk mencapai kesepahaman bersama (mutual understanding) sebagai hakikat komunikasi itu sendiri sedang berlangsung secara dinamis.
PKS sendiri, saya kira sedang memainkan politik melingkar (circular model). Dengan melakukan komunikasi politik aktif, menjajaki beragam peluang terbaik yang bakal diperoleh.
Membuka seluas-luasnya kemungkinan, termasuk menjadikan Sohibul Iman bukan harga mati cawagub. Tentu saja, ini bisa menarik perhatian partai lain.