JakartaInsideCom– Laksana Semut yang mati di injak gajah, begitulah nasib kami selaku supir truk trailer yang di akibatkan oleh kemacetan “Horor” sejak Hari Rabu-Kamis kemarin. Kata Ketua Keluarga Besar Sopir Indonesia (KB SI), Nuratmo kepada wartawan pada Sabtu, (19/4/2025).
“Sebab akibat kemacetan terparah itu, kami yang sudah kelelahan di balik setir karena harus ngantri lebih dari 12 Jam, juga harus merogoh saku sendiri untuk membeli BBM buat mengisi tangki mobil kami yang terkuras 3 kali lipat dari operasional biasanya di saat normal.
secara kasar dapat di gambarkan kerugian kami, yang harus membeli Solar lagi sebanyak 10-20 liter yang kalau di nominalkan dengan harga Rp 60.000 – Rp 150.000 rupiah.
nilai yang tidak kecil buat kami, karena uang tersebut sejatinya bisa kami bawa pulang untuk makan anak dan istri di rumah,” ungkap Nuratmo.
“Kami sangat menyesalkan sikap dari NPCT1 yang menurut kami terlalu “Over” dan cenderung mengabaikan sistem pelayanan yang berimbas pada kemacetan parah kemarin di jakarta Utara dan sekitarnya,” tegasnya.
“Kalau saja pihak NPCT 1 sadar dengan kemampuan dalam sistem pelayanannya maka tidak mungkin terjadi antrian yang mengular selama Berjam jam dan berimbas pada kemacetan tersebut,” ujar Nuratmo.
“Untuk itu kami dari Keluarga Besar Sopir Indonesia (KB SI) meminta kepada pihak NPCT 1 agar kedepan bisa menyelaraskan antara kapasitas Gate dan Kade dengan kemampuan sistem pelayanan bongkar muat, Jangan hanya memikirkan bagaimana bisa meraup keuntungan besar dengan “Mengorbankan” kepentingan pihak lain khususnya pihak kami selaku supir yang bertugas untuk mengangkut barang dari dan ke kapal, juga pihak pengguna jalan lainnya yang ikut terkena imbas dari kemacetan yang diakibatkan oleh antrian panjang di gate.
kami juga menegaskan bahwa kemacetan tersebut bukan karena TILA yang ada ditangan kami yang harus diperpanjang tapi justru karena antrian panjang yang mengakibatkan TILA tersebut expired,” tegas Nuratmo.
Kami tegaskan, Stop dan Jangan sekali-kali mengkambinghitamkan Supir dengan TILA di tangannya yang harus di perpanjang.
“Kami meminta pihak NPCT1 untuk sadar Kapasitas dan utamakan kualitas pelayanan dengan sistem cepat agar kedepan tidak terjadi lagi hal-hal yang merugikan kami dan banyak pihak lainnya,” pungkas Nuratmo.