– Laksana Semut yang mati di injak gajah, begitulah nasib kami selaku truk trailer yang di akibatkan oleh “Horor” sejak Hari Rabu-Kamis kemarin. Kata Ketua Besar Sopir (KB SI), Nuratmo kepada pada Sabtu, (19/4/).

“Sebab akibat terparah itu, kami yang sudah kelelahan di balik setir karena harus ngantri lebih dari 12 Jam, juga harus merogoh saku sendiri untuk membeli buat mengisi tangki kami yang terkuras 3 kali lipat dari operasional biasanya di saat normal.

secara kasar dapat di gambarkan kerugian kami, yang harus membeli Solar lagi sebanyak 10-20 liter yang kalau di nominalkan dengan Rp 60.000 – Rp 150.000 .
nilai yang tidak kecil buat kami, karena tersebut sejatinya bisa kami bawa pulang untuk dan istri di ,” ungkap Nuratmo.

“Kami sangat menyesalkan dari NPCT1 yang menurut kami terlalu “Over” dan cenderung mengabaikan pelayanan yang berimbas pada parah kemarin di dan sekitarnya,” tegasnya.

“Kalau saja pihak NPCT 1 sadar dengan kemampuan dalam pelayanannya maka tidak mungkin terjadi antrian yang mengular selama Berjam jam dan berimbas pada tersebut,” ujar Nuratmo.

“Untuk itu kami dari Besar Sopir (KB SI) meminta kepada pihak NPCT 1 agar kedepan bisa menyelaraskan antara kapasitas Gate dan Kade dengan kemampuan pelayanan bongkar muat, Jangan hanya memikirkan bagaimana bisa meraup keuntungan besar dengan “Mengorbankan” kepentingan pihak lain khususnya pihak kami selaku yang bertugas untuk mengangkut barang dari dan ke kapal, juga pihak pengguna lainnya yang ikut terkena imbas dari yang diakibatkan oleh antrian panjang di gate.

kami juga menegaskan bahwa tersebut bukan karena TILA yang ada ditangan kami yang harus diperpanjang tapi justru karena antrian panjang yang mengakibatkan TILA tersebut expired,” tegas Nuratmo.

Kami tegaskan, Stop dan Jangan sekali-kali mengkambinghitamkan dengan TILA di tangannya yang harus di perpanjang.

“Kami meminta pihak NPCT1 untuk sadar Kapasitas dan utamakan kualitas pelayanan dengan cepat agar kedepan tidak terjadi lagi hal-hal yang merugikan kami dan banyak pihak lainnya,” pungkas Nuratmo.