Setiap individu pada umumnya memiliki keinginan untuk hidup sukses, hartawan, populer, dan memiliki segala macam kepemilikan materi lainnya. Namun, setiap individu juga memiliki tantangan yang berbeda dalam perjalanan menuju suksesnya. Sebagai contoh, bagi seorang anak dari pengusaha besar, mengalami kerugian bisnis sebesar 800 juta rupiah adalah pembelajaran berharga untuk membangun bisnis yang lebih besar dalam waktu yang tidak lama dari kegagalan pertama tersebut. Namun, bagi seorang pekerja buruh cuci di Jakarta dengan penghasilan jauh di bawah standar Upah Minimum Provinsi (UMP) dan aset keluarga yang tidak mencapai angka 800 juta, tantangan tersebut terasa lebih berat. Pertama untuk menjalankan usaha yang membutuhkan modal 800 juta itu saja butuh perjuangan besar untuk mengumpulkan modalnya, lalu bagaimana nanti setelah usahanya jalan malah merugi tentu lebih sulit lagi untuk bangkit tidak seperti mereka yang mempunyai privilleg orangtua kaya misalnya.
Meskipun kehidupan terasa tidak adil, fokus saya bukan pada ketidakadilan itu, melainkan pada tekad seseorang untuk mengubah nasibnya. Banyak individu lahir dari latar belakang tanpa privilleg, seperti keluarga sederhana atau bahkan sangat miskin, namun berhasil meraih kesuksesan finansial melalui profesi yang mereka tekuni.
Sikap dan Mentalitas Korea ala Bambang pacul
Salah satu contoh kehidupan orang sukses yang berasal dari keluarga miskin adalah Bambang Pacul. Meskipun informasi tentang masa kecilnya terbatas, namun menurut Wikipedia, istilah “Pacul” dalam namanya merujuk pada latar belakang keluarganya sebagai petani dan berasal dari desa. Hal ini menunjukkan bahwa beliau lahir dari kondisi keluarga yang sederhana tanpa keistimewaan tertentu, namun berhasil mencapai posisi sebagai anggota DPR RI dan Ketua DPD PDIP Jawa Tengah.
Saya memilih contoh dari Bambang Pacul karena tertarik dengan istilah “Korea” yang sering disebutkannya. Menurut berbagai sumber, istilah “Korea” memiliki asal usul yang terkait dengan masa lalu, terutama dengan pasukan Jepang. Konon, istilah ini merujuk pada pasukan Jepang yang berasal dari Korea, yang meskipun tidak sekuat tentara Jepang itu sendiri, namun memiliki tingkat militansi yang tinggi.
Di Jawa, istilah “Korea” telah berkembang dan mengacu pada individu-individu dari kalangan bawah yang memiliki tekad kuat untuk meningkatkan status sosial mereka. Mereka menunjukkan semangat perjuangan untuk keluar dari kemiskinan dan berupaya mencapai lapisan sosial yang lebih tinggi dengan lompatan yang signifikan. Orientasi kehidupan mereka terus bergerak menuju peningkatan status sosial.
Dalam sebuah diskusi, Pak Pacul menjelaskan bahwa sikap dan mentalitas “Korea” adalah ketika seseorang masih berjuang, dia harus tetap ramah, optimis, dan pantang menyerah. Bahkan ketika dihadapkan pada hinaan atau cemoohan, dia tetap bersikap tenang dan optimis. Namun, ketika seseorang telah mencapai kesuksesan, dia dapat menjadi kuat dan berpengaruh seperti naga, yang menandai transformasi dari seorang yang rentan menjadi sosok yang perkasa dan berwibawa.
Jika kita menafsirkan pernyataan tentang mentalitas “Korea“, hal tersebut menunjukkan bahwa ketika seseorang masih dalam proses perjuangan menuju puncak, yang terpenting adalah bagaimana mereka dapat memusatkan energi pada tujuan mereka tanpa terpengaruh oleh perasaan mereka. Mereka harus terus bekerja dengan baik, bersikap baik, dan menjaga hubungan dengan baik hingga suatu saat orang lain mempercayai mereka sebagai orang yang dapat menyelesaikan masalah mereka.
Sikap dan Mentalitas yang Baik
Mengapa Sikap begitu Penting?
Sikap adalah kecenderungan perilaku individu terhadap suatu objek, orang, atau situasi. Sikap jika diilustrasikan dalam angka ia memiliki nilai seperti angka 1, sedangkan kompetensi atau keterampilan memiliki nilai seperti angka 0 (NOL). Ini berarti, jika seseorang memiliki keterampilan yang baik namun sikapnya buruk, maka nilai yang ia miliki tetap tidak berarti, sama seperti menambahkan angka NOL. Namun, jika seseorang menambahkan sikap positif sebagai dasar dari keterampilan tersebut, maka nilai dari keterampilannya akan meningkat secara signifikan, bisa menjadi 10, 100, 1000, atau bahkan lebih.