— Di tengah meningkatnya ketimpangan , , dan menipisnya empati di , Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung (LDD KAJ) menghadirkan sebuah ruang bersama bertajuk “Gerakan Belarasa: He(art) of Compassion and Hope”.

Kegiatan ini berlangsung pada Sabtu, 3 Mei , di Museum , .

Direktur LDD KAJ, Pastor Adrianus Suyadi, SJ, menjelaskan bahwa Gerakan Belarasa merupakan panggilan moral dan yang mengajak untuk kembali menatap wajah kemanusiaan melalui cermin belarasa.

“Belarasa bukan sekadar empati pasif, tetapi keberanian untuk hadir, terlibat, dan bertindak. Bukan demi amal sesaat, melainkan untuk yang bermakna,” tegas P. Adrianus.

Gerakan Belarasa akan diisi beragam kegiatan sepanjang hari, melibatkan lintas iman, akar rumput, pelaku seni, dan umum. Acara diawali dengan Doa Bersama Lintas yang menghadirkan tokoh dari enam di .

Kegiatan ini menjadi penanda bahwa kepedulian dan belas kasih tidak mengenal sekat maupun afiliasi.

Selanjutnya, acara ini akan menghadirkan Dialog Kemanusiaan yang mempertemukan Ignatius dan Dr. Sukidi Mulyadi, dua tokoh yang dikenal memiliki komitmen kuat terhadap nilai-nilai dan keadilan .

Dialog ini menjadi ruang mengenai peran belarasa di tengah dinamika saat ini.

Beragam kegiatan pendukung turut meramaikan acara, di antaranya:

1. dan Bazar Belarasa Kita, menampilkan dampingan dan kelompok difabel.

2.Pemutaran dokumenter dan pertunjukan teater musikal, hasil warga dengan seniman, termasuk aktor dan Tanta Ginting.

Pernyataan dukungan dari mitra sipil, tokoh , dan sektor swasta, sebagai simbol komitmen bersama terhadap nilai belarasa.
Pastor Adrianus mengajak seluruh lapisan untuk hadir dan ikut terlibat.

“Gerakan Belarasa adalah keberpihakan terhadap , keadilan , dan lintas batas. Dalam setiap tindakan kasih yang sederhana, tersimpan kekuatan besar untuk mengubah arah zaman,” pungkasnya.

LDD KAJ berharap, acara ini dapat menjadi narasi alternatif yang menguatkan, menyembuhkan, dan menyatukan di tengah berbagai yang dihadapi saat ini.