✅ Tol Binjai-Langsa, Seksi 3 Tanjung Pura-Pangkalan Brandan (19 km)
✅ Tol Pekanbaru-Padang, Seksi Sicincin-Padang (36,60 km)
✅ Tol Solo–Yogyakarta-NYIA Kulon Progo, Paket 1.2 (Klaten-Purwomartani segmen Klaten-Prambanan) (8,60 km)
✅ Tol Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat, Sebagian Seksi 2 (Kuala Tanjung-Indrapura) (10,15 km)
✅ Tol Sigli-Banda Aceh, Seksi 1 (Padang Tiji-Seulimeun) (24,67 km)
✅ Tol Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat, Sebagian Seksi 4 (Sinaksak-Pematang Siantar) (12,37 km)
✅ Tol Jakarta-Cikampek II Selatan, Paket 3 (Sukabumi-Sadang, Segmen Kutanegara-Sadang) (8,50 km)
✅ Tol Probolinggo-Banyuwangi, Paket 1 (Gending-Kraksan) (12,88 km)
Mengapa Indonesia Sulit Menerapkan Tol Gratis Secara Menyeluruh?
Pada 2024, Malaysia sempat menerapkan kebijakan tol gratis selama dua hari bagi kendaraan pribadi saat Lebaran.
Namun, Indonesia menghadapi tantangan besar untuk menerapkan kebijakan serupa.
Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk, Subakti Syukur, menjelaskan bahwa Malaysia bisa menggratiskan tol karena pemerintahnya memberikan kompensasi sebesar 37,6 juta Ringgit (Rp126,3 miliar) kepada pengelola jalan tol.
“Di Malaysia, tol gratis dua hari karena ada kompensasi dari pemerintah sebesar Rp126,3 miliar,” ujar Subakti dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR pada 3 April 2024.
Ia menambahkan bahwa di Indonesia, kebijakan ini sulit diterapkan karena kepemilikan jalan tol yang melibatkan investor asing. Bahkan, penerapan diskon tarif tol pun membutuhkan diskusi panjang.
“Kalau kami menanggung sepenuhnya, itu berat. Tidak semua tol dimiliki oleh BUMN,” jelasnya.