Personal Branding Baswedan
Oleh: Yons Achmad
Penulis | Pembicara | Pencerita
(Storyteller. CEO Brandstory.ID)

Di dalam , personal branding sering dimaknai sebagai sebuah  strategi yang dapat digunakan oleh seorang kandidat untuk membentuk ingatan yang kuat dibenak pemilih. Hal ini yang kemudian membedakan dirinya dari pesaingnya.  Hasilnya, bisa mendorong pemilih untuk percaya pada visi dan kepemimpin sang kandidat untuk kemudian memilihnya.

Dalam praktiknya, personal branding membutuhkan sarana untuk menampilkan , , aktivitas, atau seseorang. Dalam hal ini, ranah memudahkan sang kandidat untuk menampilkan citra diri mereka. Bagaimana strategi yang dimainkan di ranah mendukung salah satu fungsi personal branding yaitu untuk menciptakan persepsi yang menarik dan menonjol yang dapat membedakan seseorang dari orang lain.

Salah satu kandidat dan tokoh yang menarik perhatian, salah satunya adalah Baswedan. Saya akan coba menelisik bagaimana performa personal banding Baswedan. Harapannya, kita akan punya informasi yang cukup, apakah Baswedan memang sosok yang menjanjikan sebagai atau hanya sekadar sosok yang kosong berbalut pencitraan. Kita coba lihat bersama.

Saya akan coba meminjam konsep dari Montoya lewat bukunya yang berjudul “The Brand Called You” terbitan McGraw Hill.  Di mana, dalam personal branding, terdapat beberapa elemen utama. Diantaranya:

Pertama, personality value. Maksud dari personality values disini adalah nilai-nilai kepribadian yang dimiliki seseorang. Seseorang dapat membentuk sebuah personal branding melalui polesan (strategi) dan yang baik, dirancang untuk menyampaikan dua hal penting kepada khalayak, yaitu siapa dirinya sebagai seorang dan spesialisasi () yang dimilikinya.

Membaca sosok Baswedan, kita akan dapatkan sebuah kepribadian yang ramah, santun dan penuh senyum. Sosok ini dikenal dengan , dan wacananya. Ia selalu menekankan pentingnya sebuah “Narasi ” bukan hanya “, , ” tanpa konsep yang matang. verbal tokoh ini juga dinilai runut, sistematis dengan gaya bicara yang tertata baik. Penampilan fisik, ia yang sering kenakan peci hitam, bisa menyimbolkan sosok seorang nasionalis dan berdimensi .

Kedua, Promise. Pada dasarnya, personal branding merupakan sebuah janji, sebuah tanggung jawab untuk memenuhi harapan yang timbul di yang merupakan akibat dari personal branding itu sendiri. Satu hal yang menonjol dari “Janji-Janji Baswedan adalah kesetaraan dan keadilan. Di mana, setiap orang berharap mendapatkan dan memperoleh semuanya itu. Hasilnya, ada kesejahteraan yang diwujudkan dalam beragam . Ia juga kerap ber “janji” untuk membereskan ketimpangan dan kemiskinan. Semua itu lumayan terbukti ketika menjabat DKI beberapa lalu.

Ketiga, Relationship. Personal branding yang efektif dapat membuat suatu hubungan yang baik dengan klien/khalayak. Semakin banyak atribut-atribut yang dapat diterima oleh klien dan semakin tinggi tingkat kontribusi seseorang, maka hal tersebut menunjukkan semakin baiknya tingkat relasi yang ada pada personal branding tersebut. Hal ini juga terkait dengan citra baik yang bisa diterima oleh publk. Baswedan memang bukan orang partai. Akan tetapi, ia diterima hampir oleh semua partai. yang dijalankan juga diterima baik dikalangan tradisional, perkotaan, kalangan bahkan dikalangan muslim konservatif, moderat bahkan liberal sekalipun, Baswedan cukup diterima. Singkat cerita, tokoh ini begitu luwes masuk ke beragam kalangan.

Dikalangan orang , Baswedan dikenal sebagai politisi empat musim (four seasons). Konon, ia tidak “masuk angin” dan “demam” ketika musim dingin (winter) tiba. Artinya, dia bisa bertahan dalam konstelasi dan dinamika apapun. Itu sebabnya ia bisa meliak-liuk ke sana kemari. Mulai dari dukungan Demokrat, sampai .

Nah, apakah kali ini, diperhelatan 2024, dia juga bisa masuk dan didukung oleh misalnya PDI Perjuangan? Kita tunggu. Satu hal yang pasti, modal personal branding Baswedan yang dilakoninya, masih cukup meyakinkan untuk memegang tampuk ke depan. Pada level , bahkan international.