Direktur PT Central Asia Tbk (), Jahja Setiaatmadja, baru-baru ini memberikan penjelasan terkait pelemahan perbankan, termasuk , yang terjadi beberapa waktu lalu. Ia mengaitkan penurunan ini dengan tarif impor yang diterapkan Amerika Serikat () Donald .

Pelemahan ini, menurut Jahja, bukan hanya dialami , tetapi juga lain di . Ia menekankan dampak signifikan terhadap perbankan domestik.

Dampak terhadap Perbankan

Jahja Setiaatmadja mengamati tren penurunan yang hampir seragam di berbagai , baik besar milik seperti Mandiri, BRI, dan BNI, maupun swasta lainnya. Ia menghubungkannya dengan pengumuman mendadak tentang tambahan biaya .

yang memberlakukan tarif impor tinggi terhadap beberapa , termasuk (dengan tarif 32%), menjadi faktor utama ketidakpastian di pasar .

Pengumuman tersebut terjadi selama panjang Lebaran, saat masih tutup. Akibatnya, saat perdagangan kembali dibuka, perbankan langsung mengalami koreksi.

Reaksi Cepat Investor dan Penurunan

Jahja menjelaskan bahwa para investor, baik domestik maupun asing, cenderung langsung menjual saham mereka di tengah ketidakpastian yang diciptakan oleh .

Hal ini merupakan reaksi naluriah investor terhadap berita yang mengandung ketidakpastian dan risiko yang belum terukur. Prioritas utama mereka adalah mengamankan investasi mereka.

Penurunan saham , misalnya, mencapai level Rp 7.775 pada 8 April, turun dari Rp 8.500 pada 27 Maret. Tren serupa juga terlihat pada saham perbankan lainnya.

Pemulihan dan Penguatan Saham Perbankan

Namun, situasi ini tidak berlangsung lama. Setelah mencapai titik terendah, investor mulai kembali memperhatikan fundamental perbankan yang kuat.

Mereka mulai melihat potensi keuntungan jangka panjang, sehingga terjadi rebound di . Saham-saham yang memiliki fundamental kuat, termasuk saham perbankan, kembali menarik minat investor.

Sebagai contoh, saham sempat berada di level Rp 3.640 pada 8 April, kemudian kembali naik. Begitu pula dengan dan saham-saham perbankan lainnya yang menunjukkan tren positif.

Pada penutupan perdagangan terakhir, saham CIMB Niaga berada di level Rp 1.855, di Rp 3.760, di Rp 4.150, dan BBCA di Rp 8.725, menunjukkan pemulihan yang signifikan.

Kesimpulannya, meskipun tarif impor sempat memicu penurunan signifikan pada saham perbankan , fundamental yang kuat dan perhitungan ulang risiko oleh investor menyebabkan pemulihan yang relatif cepat. Kejadian ini menyoroti pentingnya fundamental perusahaan dalam menghadapi ketidakpastian pasar .