JakartaInsideCom – TaniHub, startup agritech yang dulu dianggap sebagai pelopor digitalisasi rantai pasok pertanian di , kini terjerat dalam kasus fraud yang mengarah pada penutupan operasional mereka.

Beberapa laporan mengungkapkan adanya pengelolaan keuangan yang buruk dan kesalahan dalam penggunaan yang menyebabkan utang menumpuk, meskipun sebelumnya ini terlihat sehat.

Seperti banyak startup lainnya, TaniHub mengandalkan strategi “bakar uang” dengan memberikan diskon besar-besaran, subsidi ongkir, dan ekspansi yang sangat .

Hal ini sempat membuat tampak sukses, tetapi kerugian yang terus menumpuk akhirnya membuat investor kehilangan kepercayaan dan operasional terhenti.

TaniHub akhirnya resmi menghentikan operasionalnya.

Sumber internal mengungkapkan bahwa sebesar Rp400 miliar yang dikucurkan kepada TaniHub baru-baru ini diduga bermasalah, dengan nilai proyek yang dinilai fiktif dan tidak menghasilkan pengembalian yang jelas.

“Proyek TaniHub bubar sama sekali. Dana sebesar Rp400 miliar yang disuntikkan ke proyek itu dinyatakan fiktif dan hangus,” ungkap sumber terpercaya tersebut pada Senin (21/4/2025) sebagaimana dikutip dari monitorindonesia.

Direktur Utama , Ririek Adriansyah, juga menjadi sorotan publik terkait proses persetujuan tersebut.

Ketua Kaukus Eksponen Aktivis 98 (KEA 98), Joko Priyoski, mendesak agar Komisi (KPK) memeriksa Ririek. Ia menegaskan bahwa kasus ini bukan sekadar kesalahan administratif, melainkan sebuah skandal yang merugikan negara.

“KPK harus memeriksa Dirut . Ini bukan kesalahan administratif biasa. Ini skandal fiktif yang merugikan negara,” kata Joko pada Senin (28/4/2025).

Pada tahun 2021, TaniHub sempat memperoleh pendanaan Seri B sebesar US$65,5 juta atau setara dengan Rp942 miliar untuk mendukung ekspansi bisnisnya.

Pendanaan tersebut dipimpin oleh MDI Ventures, pendanaan milik , dan melibatkan berbagai investor besar lainnya.

Namun, meski mendapatkan pendanaan yang signifikan, ini akhirnya gagal dalam waktu kurang dari empat tahun dan meninggalkan sejumlah masalah hukum yang harus diselesaikan.

Andri Herawan Sasoko, Vice President Corporate Communication PT , menyatakan bahwa pihaknya mendukung sepenuhnya proses hukum yang sedang berlangsung.

Kasus TaniHub ini juga menyoroti pentingnya tata kelola yang baik, transparansi, dan akuntabilitas dalam sektor . Tanpa elemen-elemen tersebut, potensi kerugian negara akibat BUMN di sektor bisa menjadi ancaman yang nyata.

Selain itu, juga tengah menghadapi sejumlah kasus di era Ririek.

Komisi (KPK) sedang mendalami terkait pengadaan barang dan jasa fiktif di Group.

Penyidikan terhadap kasus ini telah melibatkan sejumlah lokasi, termasuk kantor pusat .

Salah satu kasus yang menjadi perhatian adalah yang melibatkan PT Sigma Cipta Caraka (Telkomsigma), anak , dalam pengadaan server dan storage oleh PT Prakarsa Nusa Bakti (PNB).

KPK telah menetapkan dan menahan tiga tersangka dalam kasus ini, dengan kerugian negara diperkirakan melebihi Rp280 miliar.

Selain itu, nama Isa Rachmatarwata, komisaris , juga disebut dalam kasus korupsi lain yang melibatkan pengelolaan dan dana PT Asuransi Jiwasraya (Persero).

Kasus lain yang turut melibatkan adalah proyek 4G BAKTI Kominfo, yang kini sedang dalam pengawasan ketat oleh pihak berwenang.

Agung telah memeriksa Infra, anak yang bertanggung jawab atas infrastruktur .

Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari Ririek Adriansyah atau manajemen terkait serangkaian kasus ini.

Namun, KPK menyatakan bahwa penyelidikan masih berlangsung dan kemungkinan ada tersangka baru dalam waktu dekat.

Dugaan keterlibatan Ririek dalam beberapa kasus ini semakin menjadi perhatian, terutama menjelang Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang akan datang.

Beberapa pihak mengusulkan adanya penyegaran dalam .

Trubus Rahardiansyah, pengamat Publik dari Universitas Trisakti, menyatakan bahwa sudah saatnya melakukan penyegaran untuk memperbaiki citra di mata publik dan mendukung pertumbuhan di masa depan.

“Pak Ririek Adriansyah ini kan memang sudah lama menjabat ya, jadi butuh penyegaran juga di mata masyarakat atau publik agar menjadi angin segar bagi pertumbuhan untuk masa depan yang panjang,” kata Trubus.

Para pemegang saham diharapkan untuk memberikan penilaian yang objektif dalam memilih Direktur Utama yang baru pada RUPST yang dijadwalkan pada 27 Mei 2025.