– , sebagai dasar , lahir dari proses panjang yang melibatkan berbagai dari para pendiri bangsa. Tiga tokoh utama yang berperan dalam perumusan adalah Mohammad Yamin, Soepomo, dan . Meskipun ketiganya memiliki visi yang sama untuk yang dan berdaulat, mereka memiliki pandang yang berbeda mengenai dasar .

Mohammad Yamin Mohammad Yamin, seorang tokoh yang berbakat dalam bidang , , budaya, politik, dan , mengusulkan lima butir dasar yang terdiri dari peri , peri kemanusiaan, peri ketuhanan, peri kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat. Yamin menekankan pentingnya dan kemanusiaan sebagai landasan utama dalam yang adil dan makmur.

Soepomo Soepomo, seorang ahli yang juga dikenal sebagai arsitek Undang-Undang Dasar 1945, mengusulkan lima prinsip dasar yang meliputi , kekeluargaan, lahir batin, musyawarah, dan keadilan rakyat. Soepomo menekankan pentingnya dan kekeluargaan dalam menjaga keharmonisan dan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

 Soekarno, Presiden pertama , mengusulkan lima sila sebagai dasar yang terdiri dari , internasionalisme atau perikemanusiaan, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial, dan ketuhanan yang Maha Esa. menekankan pentingnya internasionalisme dan demokrasi sebagai landasan untuk mencapai kesejahteraan sosial dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Perbedaan Pandang Perbedaan pandang ketiga tokoh ini terletak pada urutan, diksi, makna, jumlah, penyampaian, dan konsep ketuhanan dalam rumusan dasar mereka. Mohammad Yamin lebih menekankan aspek dan kemanusiaan, sementara Soepomo fokus pada dan kekeluargaan. , di sisi lain, menekankan internasionalisme dan demokrasi sebagai landasan utama.

Meskipun memiliki perbedaan pandang, ketiga tokoh ini memiliki yang sama, yaitu Indonesia yang , berdaulat, adil, dan makmur. Rumusan dasar yang akhirnya dipilih adalah rumusan , yang kemudian dikenal sebagai . menjadi dasar yang mencerminkan nilai-nilai luhur yang dijiwai oleh semangat perjuangan kemerdekaan para pendiri bangsa.