– Komitmen untuk menutup seluruh pembangkit tenaga fosil dan menambah kapasitas terbarukan hingga 75 GW pada 2040 disambut sebagai langkah penting dalam menghadapi

Namun, Institute for Economics and Financial Analysis (IEEFA) menegaskan perlunya langkah nyata untuk merealisasikan target ambisius tersebut.

Dalam terbarunya, IEEFA mencatat lambannya proses pengadaan proyek terbarukan di . Sebagian besar proyek yang telah diumumkan pemerintah masih terhenti pada tahap lelang dan

Hal ini menghambat percepatan bersih yang menjadi kunci dalam penghentian operasi Pembangkit Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara.

“Percepatan pengadaan terbarukan sangat penting. Saat ini, kapasitas tambahan hanya sekitar 0,6 GW per tahun, jauh dari target tahunan 2,1 GW dalam Usaha Penyediaan Tenaga (RUPTL) 2021-2030,” ujar , Analis IEEFA.

Beberapa proyek besar, seperti penggantian 5.200 PLTD dengan terbarukan dan proyek Hijaunesia yang menargetkan Pembangkit Tenaga Surya () 1 GW, masih dalam tahap awal. Meski LoI telah ditandatangani pada akhir , realisasi kontrak jual beli (power purchase agreement/PPA) belum terjadi.

IEEFA juga menyoroti perlunya restrukturisasi proses pengadaan.

Grant Hauber, Strategic Advisor IEEFA, merekomendasikan lintas kementerian dan lembaga, termasuk PT Sarana Multi dan Investment Authority, untuk mengidentifikasi proyek yang layak dan mempercepat pelaksanaannya.

Di sisi lain, pemerintah menghadapi besar untuk menghentikan operasional PLTU. Saat ini, sekitar 50 GW kapasitas PLTU masih beroperasi, dengan 22 GW di antaranya milik PLN.

“PLTU yang lebih tua, terutama yang telah beroperasi lebih dari 25 tahun, harus diprioritaskan untuk dini,” tambah Mutya.

Beberapa PLTU yang memenuhi tersebut termasuk Suralaya, Bukit Asam, Paiton, dan Ombilin.

Komitmen di forum seperti COP29 dan G20 dianggap sebagai momentum untuk mendorong transisi yang lebih bersih. Namun, implementasi regulasi dan percepatan pengadaan menjadi utama.

harus memastikan langkah konkret untuk mengurangi emisi dan memenuhi target bersih yang ambisius ini,” tutup Mutya.