Sebagai politisi, Ridwan Kamil memang selalu unik. Menjabat Walikota Bandung, Emil banyak membuat inovasi populis. Senin Gratis Damri, Rabu Nyunda, Kamis Inggris, Jumat Sepeda, merupakan buah karyanya. Dengan melihat fenomena di masyarakat, Emil sukses mengubah masalah jadi peluang. Kreativitasnya nyaris tak pernah mati. Kegiatan kreatif berbasis komunitas menjadi andalannya.
Sukses memimpin Bandung, Emil mendedikasikan diri sebagai Gubernur Jawa Barat. Masih tak berhenti inovasi, ditambah kepekaan menjawab tantangan zaman. Emil aktif menyapa warga melalui media sosial. Kesehariannya memimpin Jabar bisa dipantau melalui akun media sosial. Tak heran, namanya semakin populer, setiap tingkah lakunya selalu diburu media dan penggemarnya.
Menghapus jarak birokrasi dengan masyarakat, mengubah masyarakat menjadi teman dan menghadirkan paradigma baru. Inilah gambaran Ridwan Kamil dalam menciptakan arah baru dalam berpolitik di Indonesia. Meski baru mulai berpartai secara resmi belakangan ini di Golkar. Karya Emil sudah banyak dilihat, dibaca dan dirasakan masyarakat. Seakan paham keinginan masyarakat, Emil mampu menggabungkan dua hal, masalah masyarakat secara riil dan kicauan media sosial.
Setelah lepas dari Gubernur Jawa Barat, Emil masuk dalam tim pemenangan Prabowo–Gibran. Analisisnya cukup menarik dalam membaca peta elektoral Jabar. Dalams sebuah podcast, dirinya mengakui kalangan pemilih Jabar terpecah dua. Pemilih intelektual condong ke Anies-Muhaimin, pemilih menengah dan ke bawah mendukung Prabowo–Gibran. Sebuah analisis unik yang dibaca dalam dua hal. Emil tak ingin ada keretakan hubungan politik, bagaimanapun Emil cukup berkawan baik dengan Anies. Tapi juga tak kehilangan momentum politik, sebagai kader Golkar loyalitasnya memenangkan Prabowo–Gibran.
Setelah sukses menghadirkan kemenangan Prabowo–Gibran di Pilpres 2024, nama Emil seketika senyap. Sekali muncul dalam sebuah iklan, Emil muncul dengan caption ”Mau ke mana kang? Lagi Otw Jakarta nih”. Dunia politik seketika ramai, menduga pria kelahiran 1971 siap berkompetisi politik dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Dukungan mulai mengalir, sebab secara popularitas, kerja nyata, finansial dan partai politik, Emil sudah siap. Tinggal benarkah politisi muda lulusan ITB ini akan maju dalam gelaran Pilkada Jakarta?
Belum selesai pembahasan itu, Emil sempat terlibat perang psikologis. Iklan Otw Jakarta dibalas dengan politisi Nasdem, Ahmad Sahroni. Dengan enteng, Sahroni menganggap mudah melawan Emil jika maju Pilkada Jakarta. Dibalas singkat Emil melalui gimmick video Mandra, dengan kata singkat ”Sombong Amat” Aksi berbalas gimmick ini seketika menjadi pembukaan Pilkada Jakarta siap dimulai.
Tak mau terlibat konflik panjang, Emil justru menerapkan strategi pengalihan isu. Dengan dalih jualan skincare, Emil membuat masyarakat Jakarta masih merasa misterius. Belum ada kepastian majunya eks Gubernur Jawa Barat ini di Pilkada DKI Jakarta. Alasan bisnis skincare menjadi gimmick politik yang dipakai dalam mengukur tes ombak potensi maju Pilkada Jakarta.
Membahas peluang Emil dalam Pilkada Jakarta memang cukup besar. Partai yang menaungi Golkar cukup punya nama di Jakarta. Dukungan masyarakat juga besar, mengingat popularitas Emil cukup dikenal masyarakat. Tetapi perlu diingat, kompetisi politik membutuhkan dukungan politik. Kita masih menanti sejauhmana keseriusan Emil dan Golkar. Ini penting, sebab Emil harus serius membaca peluang politiknya dan siapa pendampingnya nanti.
Secara kalkulasi politik, Golkar bukan 3 besar parpol kuat di Jakarta. Sehingga penting melihat, akan menggandeng siapa Golkar nantinya. Pilihan yang ada, Gerindra, PDIP, dan PKS. Ketiga parpol ini cukup besar kekuataannya di parlemen saat ini. Pilihan yang tepat akan menentukan, potensi kemenangan Emil dalam menakhodai Jakarta ke depan. Mau ke mana Emil dan Golkar? Politik Jakarta ke depan tampaknya masih akan dinamis, kawan.