Sebagai mantan presiden, Mayya menilai bahwa Jokowi seharusnya lebih mengambil peran sebagai negarawan yang memberikan teladan dalam menjaga martabat demokrasi.
“Seorang negarawan harus menjadi simbol moralitas dan integritas, bukan bagian dari permainan politik praktis,” tutup Mayya.
Pernyataan Mayya ini menjadi refleksi penting bagi demokrasi Indonesia di tengah dinamika politik yang terus berkembang.
Pertanyaannya, akankah demokrasi bermartabat kembali menjadi fokus utama atau justru makin tergerus oleh arus populisme dan pragmatisme politik?