Batam Ratusan warga Rempang-Galang mengunjungi acara di Kampung Pasir Panjang, Rempang, Pusat Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Rabu, 8 Mei . Selain turnamen , momen ini menunjukkan sikap warga yang digunakan masih menolak sampai ketika ini.

Acara dimulai dengan tradisi Melayu, yaitu berkompang, tabur kuning, berarak, silat hingga doa bersama. Terlihat warga mengenakan baju adat Melayu, lengkap dengan tanjak. Tampak juga disekitar lokasi acara terpampang spanduk bertulisakan pernyataan tolak .

Salah tokoh warga Ishak atau yang akrab disapa Shaka mengemukakan acara ini merupakan kompetisi untuk mempersatukan warga Rempang secara keseluruhan yang mana terdapat di dalam 16 kampung tua di dalam Rempang. “Khususnya untuk terdampak ( ) agar perjuangan terus berlanjut, sampai hasil memuaskan,” kata dia.

Shaka berharap pemerintah harus memberikan legalitas tanah adat penduduk Rempang. “Kondisi warga sekarang masih abu-abu, artinya tidaklah ada kepastian belum di dalam dapatkan warga Rempang, kita minta pemerintah mendengarkan rakyat bahwa kami kekal menolak ,” kata dia.

Rayuan

Sampai pada waktu ini, menurut Shaka, warga Rempang masih dirayu untuk mendaftarkan . Rayuan tidak ada lagi mengintimidasi, tetapi menggunakan halus dengan memasang pihak tertentu untuk provokasi rakyat agar pindah.

“Oknum itu satu di antaranya penduduk yang telah menerima , juga terlibat mempengaruhi warga yang tersebut masih menolak relokasi,” kata Shaka.

Shaka mengungkapkan hal itu memang benar teknik dari BP Batam untuk merayu warga, tetapi upaya itu menciptakan Rempang terpecah belah. “Menurut (pemerintah) itu baik, tetapi menurut akar rumput itu memecah belah, dikarenakan yang menerima juga menolak sejatinya punya hubungan semua,” ujarnya.

Menurut Shaka, kalau pemerintah ingin komunikasi dengan warga, silkan turun sekadar dengan segera lalu musyawarah dengan . “Karena menggunakan alat ini bukan fair menurut kita, seakan-akan kita diadu domba, ini lebih besar sadis daripada berhadapan segera dengan warga,” kata dia.

Begitu juga yang dikatakan Miswadi, warga Rempang lainnya. Menurut dia, pihak yang mana mendekati warga itu digunakan untuk memprovokasi pendatang dekat menerima relokasi dengan iming-iming tertentu. “Yang pengaruhi kita itu pemukim yang digunakan telah relokasi,” kata dia. 

Walhi minta warga permanen kompak

Acara ini juga dihadiri Eksekutif Nasional Wahana Hidup (Walhi) Divisi Perlindungan lalu Pembangunan Wilayah Kelola Rakyat, Uslaini. Ia mengatakan, rayuan seperti itu berbagai digunakan oleh pemerintah untuk bisa saja mendapatkan tanah yang digunakan diincar.

“Ini yang tersebut penting diwaspadai oleh , bagaimanapun warga harus terus saling mempertahankan kepercayaan lalu setiap saat kompak, seringkali adu domba ini digunakan pelaku untuk menyasar penduduk yang digunakan lemah secara ekonomi,” kata Uslaini. 

yang dimaksud akrab disapa Caus berharap bisa saja saling membantu secara sosial dan juga ekonomi. “ harus lebih besar kuat secara dunia usaha maupun pengetahuan agar mereka tidak ada tertahan bujuk rayu pemerintah,” kata dia.

Pada akhir acara warga juga menyampaikan pernyataan menolak relokasi bersama-sama. 

Progres

Dalam keterang BP Batam pada Jumat, 19 , progres perkembangan pada waktu ini yaitu penyelesaian empat relokasi yang berada di dalam Tanjung Banon.  Selain selesai dibangun secara fisik. Sekarang ini BP Batam mempercepat agar air dan juga masuk empat tersebut.

“Saat ini, regu juga masih terus melakukan pembersihan serta merapikan beberapa material bangunan yang telah dilakukan terpasang,” ujar Biro Humas dan juga Protokol, Ariastuty Sirait.

ini disadur dari Ratusan Warga Hadiri Halalbihalal Rempang, Terus Suarakan Tolak Relokasi