Batam – Ratusan warga Rempang-Galang mengunjungi acara halalbihalal di Kampung Pasir Panjang, Pulau Rempang, Pusat Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Rabu, 8 Mei 2024. Selain turnamen silaturahmi, momen ini menunjukkan sikap warga yang digunakan masih menolak relokasi sampai ketika ini.
Acara dimulai dengan tradisi Melayu, yaitu berkompang, tabur beras kuning, berarak, silat hingga doa bersama. Terlihat warga mengenakan baju adat Melayu, lengkap dengan tanjak. Tampak juga disekitar lokasi acara terpampang spanduk bertulisakan pernyataan tolak relokasi.
Salah pribadi tokoh warga Ishak atau yang akrab disapa Shaka mengemukakan acara halalbihalal ini merupakan kompetisi silaturahmi untuk mempersatukan warga Rempang secara keseluruhan yang mana terdapat di dalam 16 kampung tua di dalam Rempang. “Khususnya silaturahmi untuk masyarakat terdampak (PSN Rempang Eco-city) agar perjuangan terus berlanjut, sampai hasil memuaskan,” kata dia.
Shaka berharap pemerintah harus memberikan legalitas tanah adat penduduk Rempang. “Kondisi warga sekarang masih abu-abu, artinya tidaklah ada kepastian hukum belum di dalam dapatkan warga Rempang, kita minta pemerintah mendengarkan rakyat bahwa kami kekal menolak relokasi,” kata dia.
Rayuan relokasi
Sampai pada waktu ini, menurut Shaka, warga Rempang masih dirayu untuk mendaftarkan rumah relokasi. Rayuan tidak ada lagi mengintimidasi, tetapi menggunakan cara halus dengan memasang pihak tertentu untuk provokasi rakyat agar pindah.
“Oknum itu satu di antaranya penduduk yang telah menerima relokasi, juga terlibat mempengaruhi warga yang tersebut masih menolak relokasi,” kata Shaka.
Shaka mengungkapkan hal itu memang benar teknik dari BP Batam untuk merayu warga, tetapi upaya itu menciptakan masyarakat Rempang terpecah belah. “Menurut (pemerintah) itu baik, tetapi menurut akar rumput itu cara memecah belah, dikarenakan yang menerima juga menolak sejatinya punya hubungan keluarga semua,” ujarnya.
Menurut Shaka, kalau pemerintah ingin komunikasi dengan warga, silkan turun sekadar dengan segera lalu musyawarah dengan masyarakat. “Karena menggunakan alat ini bukan fair menurut kita, seakan-akan kita diadu domba, cara ini lebih besar sadis daripada berhadapan segera dengan warga,” kata dia.
Begitu juga yang dikatakan Miswadi, warga Rempang lainnya. Menurut dia, pihak yang mana mendekati warga itu digunakan untuk memprovokasi pendatang dekat menerima relokasi dengan iming-iming tertentu. “Yang pengaruhi kita itu pemukim yang digunakan telah relokasi,” kata dia.
Walhi minta warga permanen kompak
Acara halalbihalal ini juga dihadiri Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Divisi Perlindungan lalu Pembangunan Wilayah Kelola Rakyat, Uslaini. Ia mengatakan, cara rayuan seperti itu berbagai digunakan oleh pemerintah untuk bisa saja mendapatkan tanah yang digunakan diincar.
“Ini yang tersebut penting diwaspadai oleh masyarakat, bagaimanapun warga harus terus saling mempertahankan kepercayaan lalu setiap saat kompak, seringkali cara adu domba ini digunakan pelaku bisnis untuk menyasar penduduk yang digunakan lemah secara ekonomi,” kata Uslaini.
Perempuan yang dimaksud akrab disapa Caus berharap masyarakat bisa saja saling membantu secara sosial dan juga ekonomi. “Masyarakat harus lebih besar kuat secara dunia usaha maupun pengetahuan agar mereka tidak ada tertahan bujuk rayu pemerintah,” kata dia.
Pada akhir acara halalbihalal warga juga menyampaikan pernyataan menolak relokasi bersama-sama.
Dalam keterang pers BP Batam pada Jumat, 19 April 2024, progres perkembangan PSN Rempang Eco-city pada waktu ini yaitu penyelesaian empat rumah contoh relokasi yang berada di dalam Tanjung Banon. Selain selesai dibangun secara fisik. Sekarang ini BP Batam mempercepat agar air dan juga listrik masuk empat rumah tersebut.
“Saat ini, regu juga masih terus melakukan pembersihan serta merapikan beberapa material bangunan yang telah dilakukan terpasang,” ujar Kepala Biro Humas Promosi dan juga Protokol, Ariastuty Sirait.
Artikel ini disadur dari Ratusan Warga Hadiri Halalbihalal Rempang, Terus Suarakan Tolak Relokasi