JakartaInside.Com–Indonesia kembali diramaikan dengan isu dan yang kian memanas.

Pengamat menilai kondisi saat ini mengarah pada , terutama setelah melemah mendekati Rp17.000 per , pasar anjlok, dan menolak RUU terus bergulir.

Dalam unggahan terbarunya di kanal Official pada 27 Maret , ia menyebut bahwa situasi ini bukan sekadar kebetulan, melainkan pola yang bisa diprediksi.

“Ya, kita harus mulai memodelkan kemungkinan . Data dan sudah cukup untuk menduga apa yang akan terjadi dalam dua atau tiga ke depan. Ini bukan menakuti, tapi membaca arah berdasarkan fakta yang ada,” ujar Rocky.

Menurutnya, pelemahan dan anjloknya pasar bukan hanya angka-angka di layar , tapi juga sinyal bahwa mulai kehilangan kepercayaan.

Arus modal asing keluar dalam jumlah besar, melemah, dan mulai menahan ekspansi.

Rocky menilai kondisi ini bisa menjadi pemicu ketidakstabilan lebih besar jika tidak ditangani dengan cepat.

Di sisi lain, situasi juga tak kalah panas.

besar-besaran yang menolak revisi semakin menunjukkan bahwa tak puas dengan arah .

ini bukan sekadar biasa. Ini adalah bentuk ketidakpercayaan terhadap keputusan yang diambil ,” kata Rocky.

Ia juga menyoroti bagaimana yang dinilainya lemah dalam menghadapi situasi ini.

“Rakyat hanya ingin kepastian, ingin tahu bahwa ada perbedaan antara rezim yang lama dengan yang sekarang. Tapi kalau yang terjadi hanya pergantian pemain tanpa , wajar kalau ada kecemasan,” tambahnya.

Rocky mengingatkan bahwa kondisi ini berpotensi semakin memburuk jika tak segera mengambil langkah konkret.

Ketidakpastian , ketegangan , dan minimnya kepercayaan bisa menjadi kombinasi yang berbahaya dalam beberapa ke depan.

“Kalau situasi ini dibiarkan, bukan nggak mungkin kita bakal menghadapi sesuatu yang lebih besar dari sekadar kegugupan pasar atau di jalanan,” tutupnya.

Meski pernyataannya mengundang pro dan kontra, yang jelas situasi saat ini memang layak jadi perhatian. Apakah akan bergerak cepat atau justru membiarkan keadaan semakin memburuk? Itu pertanyaan yang kini ada di benak banyak orang.