JakartaInsinde.Com–Tagar yang di media sosial sebagai bentuk kekecewaan generasi muda terhadap kini mendapat tanggapan dari .

Sebagai Utusan Khusus Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni, Raffi ingin mengganti tagar tersebut dengan slogan yang lebih positif.

“Tagar ini harus kita ubah supaya vibes-nya lebih positif,” ujar Raffi, di Kementerian Pelindungan Pekerja Migran (KPPMI), dalam unggahan @ASRIPAJA, Rabu (19/2) lalu.

Menurutnya, saat ini KPPMI sudah memiliki slogan khusus bagi warga yang memilih bekerja di , yaitu “Pergi Migran, Pulang Juragan“. Slogan ini juga ingin ia gaungkan di media sosial sebagai tandingan dari tagar ““.

“Kami ingin menyuarakan slogan yang lebih baik, yaitu ‘Pergi Migran, Pulang Juragan’. Itu lebih penuh harapan,” kata Raffi dalam sebuah yang diunggah oleh @ARSIPAJA.

Respons atas Tagar “

Sebelumnya, Wakil Immanuel Ebenezer menanggapi tagar “” dengan pernyataan yang dianggap meremehkan keresahan .

Dalam sebuah wawancara, ia menanggapi santai ajakan generasi muda untuk pergi ke .

“Mau kabur, kabur aja lah. Kalau perlu, jangan balik lagi,” ujarnya, yang kemudian memicu berbagai reaksi di media sosial.

sendiri menyatakan tidak jika ada yang ingin bekerja di , asalkan melalui jalur resmi. Ia mengimbau agar calon pekerja migran mendaftarkan diri melalui KPPMI agar mendapatkan perlindungan .

“Kalau mau di , harus lewat jalur resmi yang bisa dipertanggungjawabkan. Kalau tidak terdaftar, nanti akan sulit jika terjadi sesuatu di sana,” jelasnya.

Reaksi

Pernyataan tentang penggantian slogan ini memicu pro dan kontra di kalangan . Ada yang mendukung, namun tak sedikit pula yang merasa bahwa seharusnya bukan sekadar mengubah tagar, melainkan memperbaiki kondisi dalam negeri.

Salah satu komentar yang mendukung datang dari @hartawanmataramigustiketut: “Saya juga migran! Sudah 10 tahun tinggal di . Dalam 5 tahun ke depan, setelah dini, saya akan kembali ke dan menikmati hasil keras saya selama 15 tahun di sana.”

Namun, ada juga yang mengkritik, seperti yang ditulis @mondyyacob420: “Mana lu paham jeritan hati orang-orang yang butuh di negaranya sendiri tapi tidak disediakan karena pemimpinnya hanya memberi janji manis belasan juta, ternyata .

“Tagar “” mencerminkan keresahan terhadap sulitnya mendapatkan di . Banyak yang mengeluhkan tingginya persyaratan di dalam negeri yang dianggap tidak masuk akal.

Sementara itu, berharap bahwa dengan yang lebih positif dan edukatif, yang ingin bekerja di bisa melakukannya secara legal dan lebih terjamin keamanannya.