Surabaya – Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengharapkan santri dari Pesantren Nurul Jadid di area area Paiton, Probolinggo, dapat menjadi contoh untuk mengangkat disrupsi, revolusi industri, lalu digitalisasi sebagai prospek pengembangan usaha.
"Ini harapan saya, kegiatan yang tersebut dimaksud membangun silaturahmi alumnus juga elemen penduduk yang digunakan mana memang punya kepedulian," kata Emil dalam sambutan pada seminar bertema "Peran Santri Menghadapi Globalisasi kemudian Revolusi Industri 4.0" di tempat tempat Surabaya, Kamis.
Emil mengatakan, elemen pesantren dalam hal ini santri maupun alumnusnya juga punya kesempatan menjadi penggerak perubahan dalam dunia perekonomian.
Selain itu, kata dia, pelaku perniagaan mikro kecil menengah (UMKM) juga diharapkan berperan dalam sektor perekonomian meskipun masih kecil.
"Kalau pelaku usaha kecil ini tiada ada punya daya saing maka logikanya mayoritas rakyat juga belum punya daya saing," tuturnya.
Oleh lantaran itu, dengan adanya seminar tersebut, ilmu yang mana digunakan diperoleh sanggup membantu para pelaku UMKM, terutama para santri.
"Yang perlu ditanamkan santri yakni percaya diri juga juga juga perluas pergaulan positif," kata Emil.
Selain itu, lanjutnya, perihal digitalisasi dalam kegiatan dunia usaha memang belum banyak literasinya yang tersebut dimaksud masuk dalam buku–buku.
"Digitalisasi ilmunya belum banyak masuk buku tapi sanggup diambil dari obrolan komunitas–komunitas yang digunakan digunakan didapat dari jejaring pergaulan positif," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid Probolinggo KH Abdul Hamid Wahid mengatakan saat ini Ponpes Nurul Jadid sudah mengambil peran kemudian fungsi melalui Society 5.0
"Saya kira itu tak cuma kita bicarakan tapi harus kita lakukan serta kita pecahkan permasalahan teknis maupun ideologis yang tersebut ada pada dalamnya kemudian mengambil bagian," katanya.
Kiai yang yang terlibat dalam Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren yang digunakan disebut mengatakan, pihaknya sudah mempersiapkan beberapa langkah strategis melalui kolaborasi dengan berbagai pihak serta lintas sektor.
Ponpes Nurul Jadid bersama 14 pesantren besar juga telah terjadi lama menandatangani "Deklarasi Surabaya" bersama Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Bank Indonesia serta Otoritas Jasa Keuangan.
"Penandatanganan deklarasi dijalani pada 2019, isinya komitmen menjadikan Jatim sebagai pusat akselerasi industri khususnya bidang perniagaan lalu dunia usaha syariah kerakyatan," ujarnya.
Sejak deklarasi tersebut, kata dia, semua ponpes yang tersebut hal itu terlibat berinkubasi kemudian mengakselerasi dalam dunia bisnis industri pesantren.
Kiai Hamid menjelaskan, Ponpes dalam Jatim sendiri miliki tiga distribution center serta memilih menjadi akses pemasaran.
"Ada tiga pondok pesantren yang mana dimaksud terlibat. Ponpes Nurul Jadid, Ponpes Tambak Beras juga Ponpes Sunan Drajat," tuturnya.
Menurut dia, saat ini semuanya fokus pada peningkatan standar-standar lalu jaring pemasaran.
"Mulai dari hulu sampai hilir pernak pernik perdagangan dunia, bukan sekadar inkubasi juga wacana tapi sudah proses implementasi. Kita bagian dari proses itu kemudian kita melakukan expo dalam area Nurul Jadid," ujar Kiai Hamid.
Oleh sebab itu, banyak lulusan Ponpes Nurul Jadid menjadi entrepreneur sukses saat ini serta sudah berjejaring membangun sebuah sistem ekologi ekonomi.
"Nah, sekarang mereka harus belajar dari aspek–aspek yang mana memperkuat akselerasi ekonomi. Kecil-kecil tetapi berkolaborasi," katanya.
Sumber antara