jakartainside.com –
Jakarta – Beberapa petugas money changer di area dalam beberapa orang lokasi kawasan Jakarta memberikan kesaksian bahwa penukaran uang dolar dalam area tengah tren penguatan greenback saat ini masih terbilang normal.
Pantauan CNBC Indonesia di dalam dalam Smartdeal Money Changer kawasan Jakarta Pusat misalnya, tak terjadi antrean mengular penduduk yang mana itu menukarkan dolarnya hari ini. Meskipun, beberapa orang terlihat hilir mudik sejak pagi tadi.
Smartdeal sendiri diketahui mempunyai 13 cabang diseluruh Indonesia. Menurut salah satu teller money changer itu, Rianto, total nasabah yang yang disebut berjualan dolar hingga hari ini masih dalam total normal seperti rupiah belum ke level Rp 15.670 per dolar AS.
“Relatif begini-begini aja, kadang sore banyak,” kata Rianto teller Smartdeal Money Changer saat ditemui dalam lokasi, Senin (9/10/2023).
Kendati begitu, ia memperkirakan, jumlah total agregat orang yang mana menukarkan dolar akan naik pada akhir tahun nanti. Selain akibat prospek dolar yang digunakan mana masih sanggup belaka terus naik, ada faktor Pilpres atau pilpres 2024 yang dimaksud mana menurutnya pola musimannya terjadi tren tinggi penukaran dolar AS ke rupiah.
“Masih biasa hitungannya ya hari ini, tapi enggak tahu menjauhi akhir tahun bagaimana. Biasanya kalau Pilpres, ada Pilkada, pemilihan umum gitu banyak yang digunakan jual dolar,” kata Rianto.
Rianto mengatakan, jumlah keseluruhan agregat dolar yang ditukarkan beberapa nasabah hari ini pun masih berada pada tren volume seperti biasanya, yakni kisaran ribuan dolar AS. Ia mengaku baru melayani transaksi US$ 3.000 nasabah hari ini.
“Saya paling kayak tadi melayani US$ 3.000, ada berapa-berapa lainnya tadi teller sebelah saya tadi kan berapa ribu. Ada aja yang digunakan jual, entah itu dari turis, atau perorangan lainnya,” tuturnya.
Kesaksian serupa disampaikan Vivi, kasir Indo Dollar Money Changer di dalam area kawasan Jakarta Timur. Meski ada peningkatan orang yang mana mana menukarkan dolar, menurutnya jumlahnya masih fluktuatif pada jam-jam tertentu, tak sampai menimbulkan antrean panjang.
“Ada kenaikan sih dari Jumat kemarin. Sejauh ini paling banyak US$ 10.000, trafficnya kalau di tempat dalam di area tempat ini paling banyak 20 transaksi, tergantung 1 orang biasa tuker US$ 100, tapu paling banyak US$ 10.000,” ucapnya saat ditemui pada dalam lokasi.
Indo Dollar memang mempunyai tiga cabang pada kawasan Jakarta. Pantauan pada pagi hari ini masih terbilang sepi, serta menurut Vivi memang total total kunjungan penukar hingga saat ini masih belum bisa jadi semata diprediksi jam puncak kunjungannya lantaran berfluktuasi.
“Enggak dapat ditentuin jam tinggi kunjungannya, sebab hingga sekarang ini masih random saja. Kayak sekarang kosong, nanti tiba-tiba banyak customer, sekali datang banyak,” papar Vivi.
Kurs beli dolar AS pada Indo Dollar per pukul 15.28 WIB di area area level Rp 15.630 sedangkan kurs jual telah lama terjadi mencapai Rp 15.720. Sementara itu, pada tempat Smartdeal Money Changer kurs beli per pukul 14.39 WIB denominasi 50-100 dolar AS adalah Rp 15.665 lalu jual Rp 15.730.
Sebagai pembanding, pada money changer lain seperti pada VIP Money Changer, Menteng, Jakarta Pusat kurs beli merek adalah Rp 15.665 juga jual Rp 15.690. Sedangkan pada Dolar Indo, yang dimaksud mempunyai beberapa cabang dalam kawasan Jakara mematok kurs beli Rp 15.675 serta kurs jual Rp 15.705.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup pada nomor Rp15.685/US$ atau melemah 0,51% terhadap dolar AS. Posisi ini berkebalikan dengan penutupan perdagangan Jumat (6/10/2023) yang digunakan mana menguat 0,03%. Bahkan dalam tengah perdagangan, rupiah sempat melemah hingga menyentuh level psikologis baru yakni Rp15.700/US$.
Sementara indeks dolar AS (DXY) pada Senin (9/10/2023) pukul 15.07 WIB, berada di dalam dalam posisi 106,56 atau naik 0,49% jika dibandingkan penutupan perdagangan Jumat (6/10/2023) yang mana digunakan berada dalam posisi 106,04.
Beberapa kalangan ekonom memperkirakan, rupiah memang masih berpotensi tertekan hingga akhir tahun. Dipicu oleh sentimen masih tingginya kenaikan suku bunga Bank Sentral AS pada pertemuan November 2023 yang dimaksud dimaksud berpotensi setara dengan BI Rate.
“Kami melihat kondisi pelemahan Rupiah masih akan mengkhawatirkan hingga akhir tahun, lalu diperlukan penguatan dari intervensi bank sentral,” kata Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia Banjaran Surya Indrastomo.
Sumber CNBC Indonesia