Oleh : Catur P (CEO .com)

JakartaInsideCom – Dalam beberapa tahun terakhir, disrupsi telah menjadi sorotan dalam berbagai pemberitaan. Teknologi-teknologi baru yang didorong oleh algoritma cerdas kini hadir untuk membantu manusia dalam berbagai bentuk. Misalnya, e-commerce mempermudah proses jual beli, media sosial memungkinkan pesan tersampaikan dengan cepat dan efektif, membantu penyusunan teks dan penyelesaian tugas kepenulisan, serta Canva AI yang menyederhanakan proses desain visual. Produk-produk berbasis ini kini hadir di hampir setiap aspek kehidupan modern manusia.

Meski berbagai kemudahan ini dirasakan oleh banyak orang, penggunaan teknologi secara intensif dan masif juga menghadirkan sejumlah efek samping. Salah satu dampak utamanya adalah hilangnya berbagai jenis , yang kini tergantikan oleh teknologi . Dahulu, perdagangan melibatkan rantai panjang, mulai dari produsen, distributor, agen, hingga seller sebelum sampai ke konsumen. Namun, dengan hadirnya e-commerce, proses tersebut menjadi lebih singkat, memungkinkan produsen menjual langsung ke konsumen. Bagi konsumen, ini jelas menguntungkan karena rantai pasokan yang lebih singkat menurunkan harga produk. Namun, bagi para pelaku di industri perdagangan, seperti distributor dan agen, kondisi ini menjadi ancaman karena peran mereka semakin terpinggirkan dan keuntungan pun berkurang.

Di sektor kepenulisan dan pemrograman, teknologi seperti memudahkan seseorang, bahkan yang awam, untuk menghasilkan teks atau kode pemrograman. Dampaknya, profesi penulis dan mungkin kehilangan nilai eksklusifitasnya, karena keterampilan yang dulu membutuhkan spesialisasi kini dapat diakses dengan mudah oleh teknologi berbasis . Fenomena ini adalah contoh nyata dari apa yang disebut sebagai disrupsi .

Disrupsi sendiri didefinisikan sebagai signifikan yang terjadi akibat integrasi teknologi dalam berbagai aspek bisnis. Andrew McAfee, seorang peneliti di MIT dan co-director dari MIT Initiative on the Economy, menyatakan bahwa teknologi mempercepat manusia dan dalam menyelesaikan berbagai tugas, sehingga mengubah beroperasi dan berinteraksi dengan .

Rogers, dalam bukunya The Transformation Playbook, mendefinisikan disrupsi sebagai drastis dalam model bisnis yang didorong oleh inovasi . Rogers menjelaskan bahwa teknologi memungkinkan munculnya perusahaan baru yang lebih gesit dan inovatif untuk masuk ke , serta menawarkan layanan yang lebih relevan bagi konsumen. Disrupsi , menurutnya, tidak hanya mempengaruhi produk dan layanan tetapi juga pola pikir perusahaan dalam mengadopsi teknologi baru.

Secara keseluruhan, disrupsi adalah fundamental dalam industri yang disebabkan oleh adopsi teknologi baru, yang sering kali mengancam bahkan menggantikan model bisnis tradisional. Kondisi ini memaksa perusahaan dan individu untuk terus berinovasi dan beradaptasi agar tetap relevan dalam yang semakin kompetitif.

Disrupsi : Peluang atau Ancaman?

Terkait pertanyaan apakah disrupsi merupakan peluang atau ancaman, jawabannya tergantung pada perspektif dan kesiapan individu atau perusahaan dalam menghadapinya. Sebuah inovasi atau produk baru yang membawa besar sering kali menghadirkan keduanya secara bersamaan.

Dari sisi peluang, disrupsi telah melahirkan banyak profesi baru yang sebelumnya tidak pernah ada, seperti konten kreator, web, pakar keamanan , manajer iklan media sosial, agensi Key Opinion Leader (KOL), Data Scientist/Analyst dan sebagainya. Profesi-profesi ini menawarkan kesempatan bagi mereka yang siap mengembangkan keahlian baru dan memanfaatkan teknologi .

Dari sisi ancaman, disrupsi juga mengancam profesi-profesi yang dianggap mudah digantikan oleh teknologi otomatisasi, seperti sopir, guru, kurir, tukang, buruh pabrik, dan sales lapangan. yang bersifat repetitif dan manual berisiko digantikan oleh teknologi, yang lebih efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut.

Dan terakhir melalui tulisan ini penulis ingin berpesan untuk mereka yang ingin tetap relevan di era disrupsi , terutama generasi yang pernah hidup di era sebelum (generasi Boomer, X, dan Y), kemampuan beradaptasi sangatlah penting. Pembelajaran berkelanjutan dan keterbukaan terhadap informasi terkini akan membantu individu maupun organisasi bertahan dalam menghadapi yang cepat ini.