JakartaInside.Com–Pengamat ikut menanggapi pertemuan dengan delapan konglomerat di pada Kamis (6/3/). Menurutnya, pertemuan ini bisa dibaca sebagai respons terhadap situasi .

“Pertemuan itu bisa dilihat sebagai tanda adanya tukar tambah . Selain itu, para juga punya banyak riset tentang daya beli menengah yang menurun. Secara sosiologis, hal ini bisa menjadi tekanan bagi dalam 100-200 hari pertama pemerintahannya,” kata Rocky, dikutip dalam kanal Official, Sabtu (8/3).

Rocky juga menyinggung bahwa tampaknya kekurangan untuk menjalankan andalannya.

“Dari sisi mencerdaskan bangsa dan membantu rakyat miskin, pertemuan ini mungkin terlihat baik. Tapi di sisi lain, juga sedang menghadapi kepercayaan akibat maraknya dan efek dari sebelumnya,” tambahnya.

Menurutnya, pertemuan antara dan konglomerat bukan hal baru.

“Dalam , pada 1996, Soeharto juga pernah mengundang sekitar 20 konglomerat atau kelompok Prasetya Mulya untuk meminta bantuan ,” katanya.

Seperti diketahui, pertemuan yang digelar di Kepresidenan itu dihadiri oleh delapan pengusaha besar, yakni , Sugianto Kusuma, Prajogo Pangestu, Boy Thohir, Franky Widjaja, Dato Sri Tahir, James Riady, dan Tomy Winata.

Berdasarkan keterangan Sekretariat di , berdiskusi tentang berbagai isu dan , termasuk unggulan seperti Bergizi , , , swasembada dan , industrialisasi, hingga Badan Pengelola .