Jakartainside.com—Mantan Koordinator Bidang , , dan Keamanan ( Polhukam), , menilai tengah melakukan arah pasca-Lebaran sebagai upaya untuk memulihkan kepercayaan publik yang sempat tergerus.

Dalam pernyataannya, Mahfud menyebut langkah yang kini lebih terbuka dan akomodatif sebagai adanya pengakuan diam-diam atas merosotnya kepercayaan . Salah satu indikator yang disorotnya adalah pelemahan rupiah dan anjloknya indeks nasional pada awal April .

“Dalam dua pekan terakhir, kita lihat mulai terbuka pada publik. Pertemuan dengan media pasca-Lebaran itu adalah manuver baru. tampaknya sadar bahwa kepercayaan rakyat belum sepenuhnya pulih,” ujar Mahfud, dikutip dari kanal YouTube resminya, Official, Rabu (16/4/).

Mantan Kehakiman dan Hak Asasi Manusia ini juga menilai, selama ini publik kerap gagal merespons keresahan . Ia menyinggung kembali pernyataan-pernyataan yang sempat , seperti frasa “ndasmu”, yang menurutnya menunjukkan jarak dan ketidaksensitifan terhadap kritik publik.

Mahfud juga mengaitkan pendekatan dengan dinamika nasional, termasuk hubungannya dengan mantan dan pertemuan mendadak dengan Ketua Umum PDI Perjuangan, .

“Pertemuan dengan Megawati bisa dibaca sebagai langkah taktis untuk mencari sekutu baru dalam kondisi yang mendesak. PDIP sebelumnya menyatakan tak akan masuk , tetapi terbuka untuk kerja sama di parlemen. Ini menunjukkan adanya pergeseran yang signifikan,” jelasnya.

Mahfud menegaskan bahwa arah baru tidak bisa hanya dilihat dari hasil survei. “Survei hanyalah bantu. sejatinya kepercayaan (trust), dan itu dibangun dari tindakan konkret, bukan sekadar angka,” katanya.

Di bidang penegakan , Mahfud mengapresiasi langkah Agung yang dinilainya semakin independen dan progresif. Namun, ia juga menyoroti inkonsistensi dalam penanganan sejumlah besar yang berhenti di pelaku level bawah dan tidak menyentuh aktor utama.

Ia mencontohkan penyalahgunaan impor yang hanya menyasar periode 2015–2016, padahal indikasi praktik serupa terjadi hingga . Hal serupa terjadi pada dugaan pengoplosan minyak Pertamina.

sering berhenti pada pelaku kecil. Begitu masuk ke oligarki atau elite koalisi, prosesnya mendadak stagnan. Ini catatan penting bagi penegakan ke depan,” tegas Mahfud.

Menutup pernyataannya, Mahfud berharap langkah baru benar-benar menjawab aspirasi rakyat dan bukan sekadar respons reaktif terhadap tekanan dan jangka pendek.