JakartaInsideCom – Ketika Indonesia berjuang untuk merdeka, para pendiri bangsa menghadapi tantangan besar dalam menentukan dasar negara yang akan menjadi fondasi bagi Republik yang baru lahir. Di antara para pendiri tersebut, terdapat perbedaan pandangan yang mencolok mengenai apa yang seharusnya menjadi dasar negara Indonesia.
Mohammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno adalah tiga tokoh yang paling berpengaruh dalam diskusi ini. Mereka masing-masing mengemukakan ide–ide yang berbeda selama sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Mohammad Yamin mengusulkan lima dasar yang mencakup aspek kebangsaan, kemanusiaan, ketuhanan, kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat. Yamin menekankan pentingnya Ketuhanan Yang Maha Esa dan persatuan Indonesia, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Soepomo membawa gagasan tentang kekeluargaan dan persatuan yang inklusif, yang tidak hanya mengutamakan golongan terbesar atau terkuat, tetapi juga mengakomodasi semua lapisan masyarakat. Konsep-konsep seperti persatuan, kekeluargaan, keseimbangan lahir batin, musyawarah, dan keadilan rakyat menjadi pusat usulannya.
Soekarno, dengan pandangan yang lebih filosofis, berpendapat bahwa dasar negara harus mencerminkan jiwa seluruh rakyat Indonesia. Beliau mengajukan konsep kebangsaan Indonesia, internasionalisme, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial, dan ketuhanan yang berkebudayaan.
Perbedaan pandangan ini akhirnya menyumbang pada pembentukan Pancasila sebagai dasar negara yang kita kenal saat ini. Pancasila adalah hasil sintesis dari berbagai gagasan yang diajukan, mencerminkan keberagaman dan kesatuan bangsa Indonesia. Pancasila tidak hanya menjadi dasar negara tetapi juga panduan bagi perilaku dan tindakan seluruh rakyat Indonesia.
Perbedaan pandangan para pendiri bangsa ini menunjukkan bahwa meskipun berbeda, setiap usulan memiliki tujuan yang sama: menciptakan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, adil, dan makmur. Ini adalah bukti dari semangat kebersamaan dan kebinekaan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.