Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) merupakan momen penting dalam sejarah .

Sidang ini bertujuan untuk merumuskan dasar yang akan menjadi landasan bagi .

BPUPKI dibentuk oleh pemerintah Jepang pada 29 1945, dengan anggota yang terdiri dari tokoh-tokoh bangsa dan beberapa perwakilan dari Jepang.

Sidang Pertama BPUPKI

Sidang pertama BPUPKI berlangsung dari 29 Mei hingga 1945. Sidang ini dipimpin oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat sebagai ketua.

Pada sidang ini, tiga tokoh utama menyampaikan pandangan mereka mengenai dasar , yaitu Mohammad Yamin, Soepomo, dan .

  1. Mohammad Yamin: Pada 29 Mei 1945, Yamin mengusulkan lima dasar yang terdiri dari peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri , peri kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat.
  2. Soepomo: Pada 31 Mei 1945, Soepomo menekankan pentingnya dan kesatuan bangsa serta mengusulkan dasar yang berfokus pada integralistik, yaitu yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan .
  3. : Pada 1945, memperkenalkan konsep yang terdiri dari kebangsaan , internasionalisme atau peri kemanusiaan, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial, dan yang berkebudayaan.

Sidang Kedua BPUPKI

Sidang kedua BPUPKI berlangsung dari 10 hingga 17 Juli 1945. Pada sidang ini, dibentuk Panitia Sembilan yang bertugas merumuskan kembali dasar berdasarkan masukan dari sidang pertama.

Panitia Sembilan terdiri dari , Mohammad Hatta, Achmad Soebardjo, Mohammad Yamin, A.A. Maramis, Abdul Kahar Muzakir, Wahid Hasjim, Abikusno Tjokrosujoso, dan Haji .

Pada 22 Juni 1945, Panitia Sembilan menghasilkan Piagam yang berisi rumusan dasar sebagai berikut:

  1. dengan menjalankan bagi pemeluk-pemeluknya
  2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
  3. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
  4. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat

dan Pengesahan

Setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, rumusan dasar dalam Piagam mengalami . Pada 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan (PPKI) mengesahkan sebagai dasar dengan menghilangkan tujuh kata dalam sila pertama, sehingga menjadi “ Yang Maha Esa”.

Kesimpulan

Sidang BPUPKI memainkan peran krusial dalam merumuskan dasar . Melalui proses diskusi dan perdebatan yang intens, akhirnya lahirlah yang menjadi landasan ideologis dan filosofis bagi bangsa .

Sidang ini mencerminkan semangat kebersamaan dan komitmen para pendiri bangsa untuk yang , bersatu, dan berdaulat.