JakartaInsideCom—Charles Bukowski bukan nama asing bagi dunia sastra alternatif Amerika. Lahir sebagai Heinrich Karl Bukowski di Andernach, Jerman, 16 Agustus 1920, ia pindah ke Amerika Serikat bersama keluarganya saat berusia dua tahun dan dibesarkan di Los Angeles.
Masa kecilnya diwarnai oleh hubungan buruk dengan sang ayah yang otoriter dan kekerasan fisik yang kerap terjadi. Kondisi ini, diperparah oleh wajahnya yang penuh bekas jerawat akibat kondisi medis akut, membuat Bukowski kecil terisolasi dan penuh kemarahan.
Pengalaman masa kecil inilah yang kemudian menjadi tulang punggung novel semi-otobiografinya, Ham on Rye (1982), yang menggambarkan kehidupan anak muda yang frustrasi, terpinggirkan, dan selalu merasa asing di tengah masyarakat Amerika pasca-Depresi Besar.
Bukowski sempat menempuh studi di Los Angeles City College dengan jurusan seni dan sastra, namun keluar sebelum menyelesaikan kuliahnya ketika Perang Dunia II meletus.
Ia menjalani berbagai pekerjaan kasar—mulai dari buruh pabrik, pekerja di kantor pos, hingga juru ketik—selama hampir dua dekade.
Di sela-sela kehidupan yang keras, ia mulai mengirim tulisan ke majalah sastra, namun berkali-kali ditolak.
Pada tahun 1955, ia hampir mati akibat perdarahan lambung karena alkohol. Pengalaman ini menjadi titik balik.
Ia mulai menulis kembali dengan intensitas tinggi, menghasilkan puisi, cerpen, dan esai yang kemudian dikenal luas karena gayanya yang lugas, vulgar, dan tanpa kompromi.
Gaya penulisannya dikenal sebagai bentuk “realisme kotor” (dirty realism), memperlihatkan dunia urban Amerika dari sudut pandang kaum marjinal.
Tokoh fiksinya, Henry Chinaski—yang muncul dalam sejumlah novelnya, termasuk Post Office (1971) dan Factotum (1975)—menjadi representasi dirinya: sinis, keras, tetapi jujur terhadap absurditas hidup.
Bukowski mulai dikenal luas melalui publikasi di media bawah tanah seperti Open City dan L.A. Free Press pada 1960-an. Karyanya kemudian dipopulerkan oleh penerbit independen Black Sparrow Press, yang menerbitkan hampir seluruh karya fiksinya hingga akhir hayat.
Selain dikenal sebagai penyair, Bukowski juga menulis lebih dari enam novel, ratusan cerita pendek, dan ratusan puisi. Koleksi puisinya yang pertama, Flower, Fist, and Bestial Wail (1959), menegaskan tema-tema utama dalam karya-karyanya: kesepian, keterasingan, cinta yang hancur, dan hidup yang nyaris tak memberi harapan.
Pada 1987, ia menulis skenario film Barfly, yang disutradarai oleh Barbet Schroeder dan dibintangi Mickey Rourke sebagai Chinaski. Pengalaman itu ia catat dalam novel Hollywood (1989) yang bernuansa satir dan menyindir industri film.
Bukowski meninggal pada 9 Maret 1994 akibat leukemia. Setelah kematiannya, sejumlah karyanya tetap diterbitkan secara posthumous, termasuk kumpulan puisi The People Look Like Flowers at Last (2008).
Surat–surat pribadinya, yang kemudian juga diterbitkan, memperlihatkan sisi lebih reflektif dari dirinya—seorang pria yang tetap menulis meski terus dihantui oleh kebiasaan buruk dan penyakit.
Di balik semua kebrutalan dan ketidaksopanan dalam tulisannya, Charles Bukowski menyuarakan satu hal yang konsisten: hidup di pinggiran bukan berarti tidak layak didengar.
Ia mengangkat suara mereka yang kalah, bukan untuk mengubah dunia, melainkan untuk mencatat bahwa mereka pernah ada—dengan segala luka, dendam, dan cinta yang tak pernah berhasil.