jakartainside.com –

Artificial Intelligence untuk menimbulkan drone super canggih sebagai senjata pembunuh sebentar lagi menjadi kenyataan, menurut laporan The .

Senjata otomatis yang mampu mendeteksi kemudian membidik target menggunakan Artificial Intelligence sudah dikembangkan oleh beberapa . Antara lain , (), dan juga China.

Kritikus menyatakan ‘‘ menandai pengembangan Artificial Intelligence yang mana mengkhawatirkan. Hidup-mati seakan diserahkan sepenuhnya ke tanpa campur tangan .

Beberapa telah dilakukan melobi untuk mengeluarkan pelarangan Artificial Intelligence pada menciptakan drone pembunuh. Namun, merupakan salah satu yang mana menentang negosiasi tersebut.

, Rusia, serta Australia juga sependapat dengan . ini ingin pengembangan untuk kepentingan tak dibatasi, menurut laporan The Times.

“Isu ini adalah poin paling signifikan untuk masa depan kemanusiaan,” kata Alexander Kmentt, ketua Austria, untuk The Times, dikutipkan Kamis (23/11/2023).

“Peran pada penyelenggaraan senjata merupakan isu yang tersebut fundamental, menyangkut lalu etika,” ia menambahkan.

Menurut laporan yang dipublikasikan awal tahun ini, Pentagon sedang menyiapkan ribuan drone yang digunakan ditenagai untuk permintaan , disitir dari Business Insider.

Dalam pidato pada Agustus lalu, Wakil Keamanan () Kathleen Hicks menyatakan drone berbasis Teknologi akan menghasilkan yang dimaksud dipimpin yang dimaksud unggul dibandingkan kekuatan China.

“Kita akan melawan pasukan China dengan pasukan kita. Namun, pasukan kita lebih besar sulit diakali, sulit dijatuhkan, sulit dikalahkan,” kata dia, menurut laporan Reuters.

Sekretaris Angkatan Udara Bebas Negeri Paman Sam Frank Kendall mengungkapkan drone berbasis Artificial Intelligence akan mempunyai kemampuan untuk menyebabkan tindakan di area bawah supervisi .

“Mengandalkan tindakan serta menyerahkannya terhadap merupakan penentuan perihal menang juga kalah. Kita tak akan kalah,” kata dia.

“Saya rasa orang-orang tak akan menentang ini [drone ]. Sebab, ini akan memberikan keuntungan besar jikalau kita meletakkan batasannya ke ,” ia menambahkan.

Pada Oktober lalu, The New Scientist menyatakan drone yang mana dikontrol Artificial Intelligence telah lama dikerahkan pada peperangan Ukraina melawan invasi Rusia. Namun, tak jelas apakah yang dimaksud menyebabkan kerugian ke .

Pentagon tak segera menanggapi permintaan konfirmasi.

Selanjutnya Tertipu , Dibuatkan Rekayasa

Sumber CNBC

by Jakarta Inside