jakartainside.com –
Jakarta – Penerapan Artificial Intelligence untuk menimbulkan drone super canggih sebagai senjata pembunuh manusia sebentar lagi menjadi kenyataan, menurut laporan The New York Times.
Senjata otomatis yang mampu mendeteksi kemudian membidik target menggunakan Artificial Intelligence sudah dikembangkan oleh beberapa negara. Antara lain Israel, Amerika Serikat (AS), dan juga China.
Kritikus menyatakan ‘robot pembunuh’ menandai pengembangan Artificial Intelligence yang mana mengkhawatirkan. Hidup-mati manusia seakan diserahkan sepenuhnya ke mesin tanpa campur tangan manusia.
Beberapa negara telah dilakukan melobi PBB untuk mengeluarkan kebijakan pelarangan Artificial Intelligence pada menciptakan drone pembunuh. Namun, Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang mana menentang negosiasi tersebut.
Israel, Rusia, serta Australia juga sependapat dengan AS. Negara–negara ini ingin pengembangan teknologi untuk kepentingan militer tak dibatasi, menurut laporan The Times.
“Isu ini adalah poin paling signifikan untuk masa depan kemanusiaan,” kata Alexander Kmentt, ketua negosiator Austria, untuk The Times, dikutipkan Kamis (23/11/2023).
“Peran manusia pada penyelenggaraan senjata merupakan isu yang tersebut fundamental, menyangkut hukum lalu etika,” ia menambahkan.
Menurut laporan yang dipublikasikan awal tahun ini, Pentagon sedang menyiapkan ribuan drone yang digunakan ditenagai Teknologi AI untuk permintaan militer, disitir dari Business Insider.
Dalam pidato pada Agustus lalu, Wakil Menteri Keamanan Amerika Serikat (AS) Kathleen Hicks menyatakan teknologi drone berbasis Teknologi AI akan menghasilkan negara yang dimaksud dipimpin Joe Biden yang dimaksud unggul dibandingkan kekuatan militer China.
“Kita akan melawan pasukan China dengan pasukan kita. Namun, pasukan kita lebih besar sulit diakali, sulit dijatuhkan, sulit dikalahkan,” kata dia, menurut laporan Reuters.
Sekretaris Angkatan Udara Bebas Negeri Paman Sam Frank Kendall mengungkapkan drone berbasis Artificial Intelligence akan mempunyai kemampuan untuk menyebabkan tindakan militer di area bawah supervisi manusia.
“Mengandalkan tindakan manusia serta menyerahkannya terhadap mesin merupakan penentuan perihal menang juga kalah. Kita tak akan kalah,” kata dia.
“Saya rasa orang-orang tak akan menentang ini [drone AI]. Sebab, ini akan memberikan keuntungan besar jikalau kita meletakkan batasannya ke manusia,” ia menambahkan.
Pada Oktober lalu, The New Scientist menyatakan drone yang mana dikontrol Artificial Intelligence telah lama dikerahkan pada peperangan negara Ukraina melawan invasi Rusia. Namun, tak jelas apakah alat yang dimaksud menyebabkan kerugian ke manusia.
Pentagon tak segera menanggapi permintaan konfirmasi.
Artikel Selanjutnya Pengacara Tertipu ChatGPT, Dibuatkan Kasus Rekayasa
Sumber CNBC