Jakarta – Jaringan komunikasi ke Kampung Pogapa, Intan Jaya, Papua Tengah, diduga terputus pasca keadaan ke wilayah itu memanas. Jaringan komunikasi dilaporkan terputus setelahnya TNI–Polri menjemput jenazah Alexsander Parapak, warga sipil yang ditembak TPNPB-OPM pada Pogapa.
Seorang warga Nabire, Wim Wena Kogoya memaparkan tak bisa saja lagi menghubungi adik laki-lakinya yang digunakan tinggal pada Pogapa setelahnya dikabarkan ada serangan udara ke tempat itu.
“Pas penyerangan itu jaringan telah dimatikan. Keluarga dong pada bagian situ (Pogapa) semua punya jaringan mati,” kata Wim untuk Tempo melalui sambungan telepon, Jumat, 10 Januari 2024. Wim tinggal ke Kali Merah, Nabire.
Menurut Wim, beliau tak dapat berinteraksi dengan keluarganya di dalam Pogapa setelahnya TNI–Polri datang menggunakan tiga helikopter menjemput jenazah Alexsander. “Ada tiga helikopter, dua mengawal dari melawan juga 1 helikopter mendarat jemput mayat,” ujar dia.
Juru bicara Manajemen Markas Pusat Komando Nasional atau Komnas TPNPB-OPM Sebby Sambom mengutarakan pada Kamis, 9 Mei 2024, militer menggempur Pogapa. Aparat menjatuhkan tembakan dari helikopter. Menurut dia, pengerahan pasukan militer Nusantara di dalam misi pengejaran TPNPB-OPM mengakibatkan prasarana warga sipil di Pogapa rusak.
“Akibat serangan udara secara brutal yang menembak melalui helikopter TNI selama operasi muncul dijalankan tanpa mempertimbangkan jaminan warga setempat,” kata Sebby di informasi tertoreh yang mana diterima pada Kamis malam, 9 Mei 2024.
Berdasarkan laporan dari Komandan Batalyon Ogobogo TPNPB Kodap VIII Intan Jaya Afrianus Bagubau, operasi militer dalam Kampung Pogapa, Intan Jaya, Papua Tengah, berjalan sejak 4 Mei lalu. Aparat melakukan penembakan secara brutal. “Hingga membakar tiga rumah milik warga sipil,” kata Sebby.
Serangan militer itu disebut telah terjadi menyebabkan warga Kampung Pogapa ketakukan. “Semua warga sipil di dalam kampung Pogapa sudah pernah mengungsi ke Kampung Sanepa, Bilae, juga beberapa orang kampung lainnya ke luar wilayah perang,” kata Sebby.
Wim menduga warga Pogapa mengungsi ke Paniai, yang digunakan merupakan kota kabupaten terdekat. Pogapa berada pada antara Intan Jaya lalu Paniai. “Kampung terdekat itu, nanti dong mengungsi di dalam Paniai. Dari Paniai baru naik ke Intan Jaya,” tutur dia.
Menurut dia, perjalanan dari Pogapa ke Paniai membutuhkan waktu hingga tujuh jam. Bila berangkat pukul 08.00 WIT, warga tiba di tempat pengungsian, seperti ke Bibida dan juga Pasir Putih, sekitar pukul 15.00 WIT. “Kalau di dalam Paniai lalu Dogiyai tiada aman, nanti dong turun (mengungsi) ke Nabire,” tutur dia.
Artikel ini disadur dari Jaringan Komunikasi di Pogapa Terputus, TPNPB-OPM Sebut Warga Mengungsi