Menurut dia, segala persoalan di Jakarta disebabkan oleh ketidakadilan. Dia bahkan menyebut di Jakarta terdapat politik segregasi.
Ini, menurut saya, adalah serangan yang sangat mendasar pada Jakarta dan pemerintahannya.
Dia kemudian menyebut soal kekumuhan ekstrim di Jakarta.
Karena itu, dia ingin membuat perubahan, antara lain dengan memperbanyak pemukiman di tengah kota dan memperbanyak perkantoran di pinggiran kota.
Dia bahkan ingin memindahkan balaikota (kantor gubernur) dari Jakarta Pusat ke Jakarta Utara.
Pada pokoknya, menurut Ridwan Kamil, Jakarta ini salah urus, karena itu perlu ada perubahan.
Mungkin pandangan itu yang menyebabkan Ridwan Kamil mengusung slogan Jakarta Baru Jakarta Maju.
Pesannya adalah selama ini Jakarta tidak maju karena itu perlu pembaruan agar menjadi maju.
Menurut Monica, ekspresi anger bisa dimaknai bahwa ada keinginan yang sangat kuat tapi tidak terwujud. Marah melihat keadaan.
Pertanyaan saya adalah apakah Ridwan Kamil sedang marah pada Anies Baswedan yang merupakan pemimpin Jakarta sebelumnya?
Apakah dia sedang ingin menyatakan bahwa gubernur Jakarta sebelumnya tidak bekerja baik sehingga Jakarta masih didominasi ketidakadilan?
Apakah kemarahan ini ada sejak awal atau baru muncul dan semakin membesar ketika Anies lebih eksplisit menunjukkan keberpihakan pada Pramono – Rano?
Jika dirunut kembali proses pencalonan gubernur Jakarta, Ridwan Kamil sebenarnya diusung salah satunya adalah untuk menghadapi atau mengalahkan Anies jika dia maju di Jakarta.