JakartaInside.Com–Indonesia kembali diramaikan dengan isu ekonomi dan politik yang kian memanas.
Pengamat politik Rocky Gerung menilai kondisi saat ini mengarah pada krisis, terutama setelah nilai tukar rupiah melemah mendekati Rp17.000 per dolar AS, pasar saham anjlok, dan demonstrasi menolak RUU TNI terus bergulir.
Dalam unggahan terbarunya di kanal YouTube Rocky Gerung Official pada 27 Maret 2025, ia menyebut bahwa situasi ini bukan sekadar kebetulan, melainkan pola yang bisa diprediksi.
“Ya, kita harus mulai memodelkan kemungkinan krisis. Data ekonomi dan politik sudah cukup untuk menduga apa yang akan terjadi dalam dua atau tiga bulan ke depan. Ini bukan soal menakuti, tapi membaca arah kebijakan berdasarkan fakta yang ada,” ujar Rocky.
Menurutnya, pelemahan rupiah dan anjloknya pasar saham bukan hanya angka-angka di layar bursa, tapi juga sinyal bahwa investor mulai kehilangan kepercayaan.
Arus modal asing keluar dalam jumlah besar, indeks ekonomi melemah, dan dunia usaha mulai menahan ekspansi.
Rocky menilai kondisi ini bisa menjadi pemicu ketidakstabilan lebih besar jika tidak ditangani dengan cepat.
Di sisi lain, situasi politik juga tak kalah panas.
Demonstrasi besar-besaran yang menolak revisi Undang-Undang TNI semakin menunjukkan bahwa publik tak puas dengan arah kebijakan pemerintah.
“Demonstrasi ini bukan sekadar aksi biasa. Ini adalah bentuk ketidakpercayaan publik terhadap keputusan yang diambil pemerintah,” kata Rocky.
Ia juga menyoroti bagaimana komunikasi pemerintah yang dinilainya lemah dalam menghadapi situasi ini.
“Rakyat hanya ingin kepastian, ingin tahu bahwa ada perbedaan antara rezim yang lama dengan yang sekarang. Tapi kalau yang terjadi hanya pergantian pemain tanpa perubahan kebijakan, wajar kalau ada kecemasan,” tambahnya.
Rocky mengingatkan bahwa kondisi ini berpotensi semakin memburuk jika pemerintah tak segera mengambil langkah konkret.
Ketidakpastian ekonomi, ketegangan politik, dan minimnya kepercayaan publik bisa menjadi kombinasi yang berbahaya dalam beberapa bulan ke depan.
“Kalau situasi ini dibiarkan, bukan nggak mungkin kita bakal menghadapi sesuatu yang lebih besar dari sekadar kegugupan pasar atau demonstrasi di jalanan,” tutupnya.
Meski pernyataannya mengundang pro dan kontra, yang jelas situasi saat ini memang layak jadi perhatian. Apakah pemerintah akan bergerak cepat atau justru membiarkan keadaan semakin memburuk? Itu pertanyaan yang kini ada di benak banyak orang.