Indonesia selalu menjadi pasar bagi banyak korporasi digital dari luar hingga lahirnya era disrupsi teknologi yang mendemokratisasi itu semua, yang menstimulan hadirnya banyak startup buatan anak negeri dari mulai Gojek, Tokopedia, Bukalapak hingga eFishery.
Meski di awal banyak menyingkapkan optimisme keberhasilan, namun nyatanya belakangan ini yang terjadi justru sebaliknya—semangat anak muda Indonesia dalam membangun ekosistem digital mulai bertumbangan.
Fenomena ini tidak terlepas dari berbagai faktor yang membentuk perjalanan bisnis digital di Indonesia.
Pada awalnya, banyak startup lokal mendapat suntikan modal besar dari investor, memicu lonjakan pertumbuhan di sektor e-commerce, fintech, edtech, hingga agritech.
Keberhasilan beberapa startup yang mencapai status unicorn dan decacorn semakin memperkuat optimisme akan masa depan ekonomi digital Indonesia.
Namun, di balik ekspansi cepat dan valuasi tinggi, banyak di antara mereka tidak mampu bertahan dalam jangka panjang.
Model bisnis yang terlalu mengandalkan strategi “bakar uang,” ketatnya persaingan dengan pemain global, hingga lemahnya tata kelola keuangan menjadi bumerang yang akhirnya membuat banyak startup gulung tikar.
Fase Keemasan: Optimisme dan Investasi Besar-Besaran
Seiring dengan berkembangnya ekosistem digital, berbagai sektor seperti e-commerce, fintech, edtech, dan agritech mengalami pertumbuhan pesat dengan munculnya banyak startup baru.
Fenomena ini diperkuat dengan dukungan dari pemerintah Indonesia yang memberikan berbagai inisiatif dan regulasi untuk mendorong pertumbuhan startup.
Selain itu, investor, baik lokal maupun internasional, menunjukkan minat besar dengan memberikan pendanaan signifikan yang memungkinkan startup berkembang lebih cepat.
Beberapa startup bahkan berhasil mencapai status unicorn (valuasi di atas $1 miliar) dan decacorn (valuasi di atas $10 miliar), menunjukkan potensi besar industri digital di tanah air.
Keberhasilan ini sempat memberikan harapan bahwa Indonesia dapat menjadi salah satu pusat inovasi digital di Asia Tenggara.
Namun, seiring berjalannya waktu, banyak dari startup tersebut justru menghadapi tantangan besar yang mengancam kelangsungan bisnis mereka.
Ironi Kejatuhan: Mengapa Startup Lokal Bertumbangan?
Meskipun pertumbuhan startup di Indonesia sempat menunjukkan prospek cerah, kenyataannya banyak dari mereka akhirnya tumbang karena berbagai faktor berikut: