Dalam persaingan menjelang 2024, survei terbaru dari Development Monitoring () mengungkapkan keunggulan pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota, Adhianto-Harris Bobihoe, dengan elektabilitas mencapai 54,1%.

Survei yang dilakukan pada 2-10 Oktober 2024 ini melibatkan 1.700 responden dan menempatkan pasangan ini di atas dua pasangan pesaingnya, Heri Koswara-Sholihin serta Uu Saeful Mikdar-Nurul Sumarheni.

Namun, Ardiansyah, Analisa dari BRAHMA Campaign Consultant, mengingatkan bahwa hasil survei tersebut mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan pilihan pemilih yang sebenarnya.

Menurutnya, tingginya angka elektabilitas Adhianto-Harris Bobihoe bisa jadi lebih terkait dengan strategi kampanye visual yang kuat, termasuk baliho dan jalanan, yang menciptakan kesan dominasi di mata .

“Kampanye berbasis baliho dan jalanan memang meningkatkan pengenalan nama (name recognition), tetapi ini sering kali menghasilkan spontan dari responden yang mengingat calon tersebut, bukan karena memahami visi, misi, atau programnya,” kata Ardiansyah. Ia menambahkan bahwa 38,7% responden mengaku sering melihat baliho pasangan ini di , sementara 24,2% melihat kampanye mereka di media sosial. Menurutnya, ini lebih berpengaruh pada popularitas, bukan elektabilitas yang sebenarnya.

Ardiansyah juga menyoroti penggunaan survei dalam kampanye sebagai framing yang dapat mempengaruhi persepsi .

“Survei sering dimanfaatkan sebagai untuk menggiring , menciptakan narasi bahwa pasangan tertentu sudah pasti unggul, dan ini mempengaruhi pemilih yang masih ragu atau belum menentukan pilihan,” jelasnya.

Dengan demikian, meskipun survei menunjukkan keunggulan Adhianto-Harris Bobihoe, menurut Ardiansyah, keberhasilan elektabilitas yang nyata tetap bergantung pada konkret yang bisa memenuhi , bukan sekadar kampanye visual yang menarik perhatian.